JAKARTA. Langkah lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s (S&P) merevisi prospek (
outlook) peringkat utang Indonesia dapat mendorong aliran dana asing ke pasar Surat Utang Negara (SUN). Tapi sejumlah tantangan perekonomian domestik bakal menghadang. Seperti diketahui, pekan lalu S&P telah merevisi outlook peringkat utang Indonesia dari BB+ stabil menjadi BB+ positif. Hal ini bisa menjadi motor penggerak utama dana asing membanjiri pasar SUN dalam waktu dekat. Laman resmi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, pada Kamis (21/5) total dana asing di SUN yang dapat diperdagangkan sebesar Rp 505,91 triliun dengan porsi kepemilikan 37,99%. Nilainya naik 9,66% sejak akhir tahun 2014.
Dana asing di SUN relatif fluktuatif sebulan terakhir. Dibanding sehari sebelumnya, posisi asing di SUN terkoreksi 0,28%.Namun, kepemilikan asing di SUN pernah menorehkan nominal tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 509,91 triliun pada 5 Mei lalu. Dari segi porsi tertinggi dana asing dicapai pada 30 Januari 2015 lalu sebesar 40,25%. Analis Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga mengatakan, revisi outlook oleh S&P itu bisa mendorong dana asing yang masuk ke pasar SUN. Dus, dia meramal, dana asing di SUN bisa mencetak rekor baru sekitar Rp 510 triliun pada akhir semester I-2015 ini. Syaratnya, pemerintah tetap konsisten dengan strategi front loading. “Langkah S&P tersebut tentu membuat kepercayaan diri investor asing meningkat,” katanya. Analis Sucorinvest Central Gani, Ariawan, juga menilai perbaikan prospek peringkat dari S&P menambah minat dan keyakinan investor asing untuk masuk ke pasar SUN. Selain itu, data-data ekonomi domestik cukup solid, seperti defisit transaksi berjalan yang membaik dan neraca perdagangan yang surplus. Plus, "Tindakan Bank Indonesia (BI) yang menjaga stabilitas rupiah dan mempertahankan BI rate tetap 7,5%,” imbuh Ariawan. Realisasi APBN Namun, Ariawan mengingatkan, ada faktor lain yang turut mempengaruhi aliran dana asing ke pasar SUN. Salah satunya terkait rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). Akhir pekan lalu, Gubernur, The Fed Janet Yellen mengatakan, jika ekonomi AS terus membaik, The Fed akan menaikkan suku bunga tahun ini. Kalau itu dilakukan, maka terkerek pula yield obligasi AS, yang selalu menjadi patokan investor asing. Kondisi itu bakal berdampak ke pasar SUN. “Minat asing tetap dipengaruhi oleh kinerja rupiah maupun pergerakan yield global,” ujarnya.
Dus, Ariawan menilai revisi outlook utang Indonesia saja tak ampuh meningkatkan minat asing. Investor asing masih menunggu realisasi kebijakan pemerintah dan upaya menjaga laju inflasi. “Investasi pemerintah di bidang infrastruktur akan diperhatikan karena dapat mendorong kenaikan peringkat utang Indonesia ke level investment grade,” katanya. Desmon menambahkan, investor juga masih mencermati ekonomi Indonesia yang melambat di kuartal I-2015. "Yang dilihat asing sekarang bagaimana belanja pemerintah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. Dia memprediksi, yield SUN tenor 10 tahun bisa turun kembali ke level 7,5% di akhir semester I. Akhir pekan lalu, Indonesia Bond Pricing Agency mencatat, yield SUN itu di level 8,04%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa