Pasar tak kondusif, ENRG menunda rights issue



JAKARTA. Rencana PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) melakukan penawaran umum terbatas (PUT III) dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue tertunda.

Dalam pengumuman resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (13/9), manajemen ENRG menyatakan, menunda rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Padahal hajatan itu rencananya akan digelar 17 September ini. Namun karena kondisi pasar yang tak menentu, manajemen ENRG harus menunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

"Perseroan akan menunggu sampai dengan kondisi pasar dan fluktuasi harga saham membaik dan lebih stabil," tulis Imam P. Agustino, Presiden Direktur ENRG, Jumat (13/9).


RUPSLB ini telah tertunda untuk ketiga kalinya. Rencana awal, ENRG akan menggelar RUPSLB pada 3 September 2013. Namun, ENRG kemudian mengubah jadwal RUPSLB menjadi 17 September 2013.

Saat itu ENRG menunda rencana RUPSLB dibarengi dengan menurunkan harga patokan rights issue. Yaitu dari Rp 140 menjadi Rp 120 per saham. Perubahan harga rights issue, diklaim manajemen, karena harga saham ENRG di pasar anjlok seiring melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Perubahan harga sempat mendapatkan sorotan BEI lantaran bakal mengubah jumlah dana yang diperoleh ENRG. Pada prospektus awal, ENRG bakal melepas 20,96 miliar saham dengan harga Rp 140 per saham. Dengan ketentuan awal, ENRG bakal meraup dana Rp 2,93 triliun.

Target perolehan dana tersebut bakal turun menjadi Rp 2,52 triliun. Berkurangnya target perolehan dana jelas berimbas pada alokasi penggunaan hasil rights issue.

Awalnya, ENRG mengalokasikan Rp 2,3 triliun untuk mengakuisisi 49% saham EMP International (BVI) Ltd (EIBL) dari Owen Holding Ltd. Sementara, sisa dana Rp 542 miliar untuk modal kerja ENRG dan anak usaha.

Sementara, akuisisi EIBL harus menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) yakni senilai US$ 225 juta. Di rencana awal, asumsi kurs dollar AS yang digunakan ENRG Rp 10.270.

Pada BEI per 29 Agustus, ENRG mengubah asumsi kurs akuisisi EIBL Rp 11.000. Ini tentu membengkakkan nilai akuisisi ENRG menjadi Rp 2,48 triliun. Padahal April lalu, ENRG telah menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Dalam aksi itu, ENRG melepas 4,06 miliar saham dan berhasil meraup dana Rp 405,84 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana