KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja IHSG cenderung melemah belakangan ini akibat minimnya sentimen positif. Pada kondisi seperti sekarang, melakukan penggalangan dana lewat skema penawaran perdana saham alias initial public offering (IPO) maupun right issue disinyalir masih berisiko. Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menilai, kondisi pasar yang tak kondusif menghambat penyerapan saham IPO maupun rights issue. Kondisi ini diperparah dengan IHSG yang masih stagnan berada di posisi 5000-an sejak tiga tahun terakhir. "Kondisi IHSG saat ini sebenarnya masih stagnan, sejak lima tahun terakhir, agak susah kalau mau jualan saham IPO," ujar Teguh, Senin (14/5).
Sejak tahun 2013, praktis tak ada IPO yang mampu menyerap dana publik dalam jumlah besar. Saat ini jumlah emiten yang menggelar IPO lebih banyak, namun jumlah nilai emisi hanya naik tipis. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak awal tahun hingga 20 April 2018, nilai emisi IPO yang dilakukan perusahaan naik tipis menjadi Rp 986,09 miliar, dari nilai emisi tahun lalu sejumlah Rp 981,68 miliar. Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum terbatas (rights issue) pada periode yang sama hanya tiga perusahaan dengan nilai emisi Rp 851,04 miliar. Sedangkan, pada periode yang sama tahun lalu, total nilai emisi hasil rights issue mencapai Rp 9,49 triliun.