Pasar Tenaga Kerja AS Diperkirakan Melemah, Rilis Laporan Tertunda Jadi Sorotan



KONTAN.CO.ID - Pertumbuhan lapangan kerja Amerika Serikat (AS) diperkirakan kembali membaik pada November 2025 setelah diprediksi melemah pada Oktober lalu akibat kebijakan pemangkasan belanja pemerintah federal.

Meski demikian, para ekonom menilai kondisi ini masih mencerminkan pasar tenaga kerja yang secara bertahap melemah.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) dijadwalkan merilis laporan ketenagakerjaan November pada Selasa (16/12/2025), bersamaan dengan pembaruan parsial data Oktober.


Baca Juga: Militer AS Serang Kapal Narkoba di Pasifik Timur, Delapan Orang Tewas

Laporan tersebut tertunda akibat penutupan pemerintah federal selama 43 hari yang menghambat pengumpulan data rumah tangga.

Karena itu, sejumlah indikator utama seperti tingkat pengangguran tidak akan disertakan.

Para ekonom menilai data tersebut akan cukup menantang untuk diinterpretasikan.

Namun secara umum, mereka melihat pasar tenaga kerja AS masih bergerak dalam pola yang sama, yakni perekrutan tenaga kerja yang melambat dan tingkat pengangguran yang perlahan meningkat.

Sejumlah analis mengaitkan melemahnya perekrutan dengan dampak kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump.

Tarif yang luas dinilai telah mendorong kenaikan harga barang, membuat konsumen terutama dari kelompok berpendapatan rendah dan menengah lebih selektif dalam belanja dan pada akhirnya menahan konsumsi.

“Korporasi tidak ingin menambah tenaga kerja, tetapi juga tidak terjadi pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran seperti saat resesi,” ujar Brian Bethune, profesor ekonomi di Boston College.

Baca Juga: Taiwan Klaim Militernya Mampu Merespons Cepat Jika China Luncurkan Serangan Mendadak

Menurutnya, menghentikan perekrutan merupakan langkah paling mudah bagi perusahaan ketika menghadapi guncangan yang tidak terduga.

Survei Reuters terhadap para ekonom memperkirakan nonfarm payrolls pada November bertambah sekitar 50.000 pekerjaan.

Sementara itu, meski tidak ada konsensus resmi untuk Oktober, sebagian besar ekonom memperkirakan terjadi penurunan jumlah tenaga kerja.

BNP Paribas bahkan memproyeksikan penurunan hingga 100.000 pekerjaan.

Penurunan tersebut dipicu oleh keluarnya lebih dari 150.000 pegawai federal yang menerima skema pengunduran diri dengan kompensasi, seiring upaya pemerintahan Trump memperkecil ukuran birokrasi. Sebagian besar pegawai tersebut keluar dari daftar gaji pemerintah pada akhir September.

Sementara itu, penutupan pemerintah tidak diperkirakan berdampak pada data ketenagakerjaan karena pegawai yang dirumahkan tetap menerima gaji secara retroaktif.

“Pengunduran diri ini tidak berdampak signifikan secara ekonomi karena sebagian besar sudah pensiun atau memperoleh pekerjaan lain,” kata Andrew Husby, ekonom senior AS di BNP Paribas.

Baca Juga: Bursa Asia Tertekan Selasa (16/12) Pagi, Jelang Rilis Data AS dan Rapat Bank Sentral

Kenaikan Lapangan Kerja Masih Terbatas

Ekonomi AS mencatat penambahan 119.000 pekerjaan pada September. Namun, sejumlah ekonom memperkirakan laju fundamental pertumbuhan tenaga kerja hanya sekitar 20.000 pekerjaan per bulan.

Pada November, penambahan tenaga kerja diperkirakan masih terkonsentrasi di sektor kesehatan, bantuan sosial, serta pariwisata dan perhotelan.

Sebaliknya, sektor jasa profesional dan bisnis, transportasi, perdagangan grosir dan ritel, serta manufaktur diperkirakan mengalami pengurangan tenaga kerja.

Pekan lalu, Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,5%–3,75%.

Baca Juga: Kekayan Elon Musk Tembus US$ 600 Miliar, Rekor Baru Orang Terkaya Dunia

Namun, bank sentral AS mengindikasikan belum akan menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat sambil menunggu kejelasan arah pasar tenaga kerja dan inflasi.

Ketua The Fed Jerome Powell menilai pasar tenaga kerja memiliki “risiko penurunan yang signifikan”.

Ia merujuk pada estimasi revisi data yang menunjukkan jumlah pekerjaan dalam 12 bulan hingga Maret kemungkinan 911.000 lebih rendah dari laporan sebelumnya, atau sekitar 76.000 pekerjaan lebih sedikit per bulan.

BLS dijadwalkan merilis revisi final data ketenagakerjaan tersebut pada Februari bersamaan dengan laporan Januari.

Melemahnya pasar tenaga kerja juga diperkirakan tercermin dari tingkat pengangguran yang relatif tinggi. Tingkat pengangguran November diproyeksikan berada di 4,4%, meski berpotensi lebih tinggi.

Persepsi rumah tangga terhadap kondisi pasar kerja tercatat memburuk pada November.

Sementara tingkat pengangguran Oktober tidak akan diketahui, sejumlah ekonom memperkirakan angkanya melonjak dari 4,4% pada September menjadi sekitar 4,6%–4,7%, terutama akibat pegawai federal yang sempat menganggur sementara selama penutupan pemerintah.

Baca Juga: Dolar Taiwan dan Baht Tersungkur Selasa (16/12) Pagi, Mata Uang Asia Lesu

Perlambatan penciptaan lapangan kerja turut menekan pertumbuhan upah. Rata-rata upah per jam diperkirakan tumbuh 3,6% secara tahunan hingga November, melambat dari 3,8% pada September.

Kondisi ini membantu meredam inflasi, tetapi menjadi tantangan bagi konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi AS.

“Permintaan konsumen masih bertahan, namun semakin terpolarisasi seiring melemahnya sentimen dan meningkatnya kerentanan pasar tenaga kerja,” kata Lydia Boussour, ekonom senior EY-Parthenon.

Selanjutnya: Rumor Samsung Galaxy A07 5G: Rilis Januari 2026, Chipset MediaTek Dimensity 6300

Menarik Dibaca: Nikmati 15 Promo Makanan & Minuman HUT BRI ke-130, J.CO hingga Marugame Harga Spesial