Pasar tertekan, kinerja reksadana berguguran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang April lalu, kinerja rata-rata reksadana loyo. Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana saham, pendapatan tetap dan campuran kompak mencetak kinerja rata-rata negatif. Hanya reksadana pasar uang yang berhasil menoreh kinerja positif, meski terbilang tipis.

Reksadana saham mencatatkan kinerja paling buruk bulan lalu. Sebagaimana ditunjukkan pergerakan Infovesta Equity Fund Index, kinerja rata-rata reksadana saham di periode tersebut minus 2,06%. Ini sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 3,14%.

Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, volatilitas pasar saham dan obligasi menjadi penyebab utama yang membuat kinerja reksadana keok. "Terutama di minggu ketiga dan keempat April, penurunan terjadi cukup dalam, hingga IHSG turun ke bawah level 6.000," kata dia, Rabu (2/5).


Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menambahkan, di pasar saham, gejolak sangat terasa pada saham-saham berkapitalisasi besar. Selain IHSG, indeks konstituen lainnya, seperti LQ45 dan IDX30, turun lebih dalam, masing-masing 4,7% dan 4,9%.

Sentimen eksternal, seperti rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif, membuat investor asing memilih angkat kaki dari pasar modal Indonesia.  Hal ini berpengaruh pada pasar obligasi.

Namun, Edbert berpendapat, kinerja reksadana dapat pulih dengan adanya beberapa sentimen positif. Pertama, musim laporan keuangan kuartal I-2018. Hal ini bisa memberi angin segar bagi pasar.

Kedua, harga komoditas mulai menunjukkan tren positif, terutama batubara. Ini dapat memengaruhi kinerja saham sejumlah emiten yang berada di sektor tersebut. Di sisi lain, fund manager juga bisa mengambil momentum untuk trading dan meningkatkan performa portofolionya.

Tetapi, menjelang pertemuan FOMC, Edbert menyarankan agar investor menahan diri untuk menambah reksadana baru. "Saya sarankan kalau investor mau subscribe, mulai di minggu ketiga saja," saran dia.

Edbert menyarankan pekan ketiga Mei karena saat itu sinyal kebijakan moneter The Fed sudah jelas. Pasar tinggal menanti arah strategi Bank Indonesia.

Untuk saat ini, reksadana yang paling aman adalah pasar uang. Reksadana terproteksi juga bisa dilirik bagi investor yang cenderung tidak ingin pusing memikirkan strategi saat pasar volatil.

Namun, bagi investor yang ingin tetap mengoptimalkan investasinya, Farash menyarankan masuk ke reksadana pendapatan tetap dengan basis obligasi korporsi. "Obligasi korporasi tidak sefluktuatif SUN, tapi tetap memberi imbal hasil yang stabil layaknya di reksadana pasar uang dan terproteksi," papar dia.

Edbert juga menilai reksadana pendapatan tetap yang memiliki porsi investasi pada obligasi korporasi lebih besar menarik jika mengincar return maksimal. Namun, investor juga harus tetap mencermati rekam jejak produk reksadana tersebut dan memastikan bahwa imbal hasilnya secara historis memang terbilang stabil.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati