Pasar tertekan, reksadana tambah porsi di SBN



JAKARTA. Manajer investasi memanfaatkan keluarnya asing untuk mengoleksi Surat Berharga Negara (SBN). Pasalnya, harga obligasi kian murah dan yield semakin menarik.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementrian Keuangan mencatat kepemilikan reksadana di SBN bertambah menjadi Rp 59,04 triliun pada 24 Agustus 2015 dibandingkan Juli 2015 yang sebesar Rp 58,35 triliun.

Sedangkan porsi asing turun menjadi Rp 533,54 triliun dari Rp 533,63 triliun pada periode yang sama. Keluarnya asing terlihat dalam apabila dibandingkan pada Jumat (21/8) akhir pekan lalu yang masih dikisaran Rp 535,96 triliun.


Head of Operation dan Business Development Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan saat ini Surat utang pemerintah sudah cukup menarik untuk dikoleksi. "Yield obligasi pemerintah untuk tenor 9 tahun sudah tinggi mencapai 9%," ujar Rudiyanto, Kamis (27/8).

Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menunjukkan rata-rata yield SBN atau INDOBeX Goverment Effective yield naik 11,32% secara year to date (YTD) pada Kamis (24/8). Adapun secara year on year (YoY) naik 6,6%.

Sucorinvest Asset Management menerapkan strategi mengambil SBN bertenor panjang. Fund manager Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul mengatakan tenor panjang memiliki yield menarik ketimbang tenor pendek. "Kami mengganti tenor pendek ke panjang karena memiliki yield yang sudah sangat menarik," kata Jemmy.

Dia mengaku lebih banyak mengambil SBN ketimbang obligasi korporasi. Sebab, instrumen ini lebih likuid ditransaksikan di pasar sekunder. "Jadi kami hanya bermain di tenor dan porsi saja," kata dia.

Senada, Direktur Utama Danareksa Investment Management (DIM) Prihatmo Hari mengaku saat ini yield SBN sudah mulai menarik untuk dikoleksi. Namun, pihaknya masih menahan diri dan memperbesar porsi kas dalam mengelola portfolio reksadana.

DIM masih menanti kepastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat, the Fed yang berencana menaikkan suku bunga acuannya pada September 2015 ini. "Kami juga menanti bagaimana reaksi BI (Bank Indonesia) terhadap kenaikan Fed rate tersebut," kata Hari.

Mengalahkan reksadana saham

Jemmy memperkirakan reksadana berbasis obligasi atau pendapatan tetap tahun ini berpotensi mengalahkan return reksadana saham. Jebloknya kinerja pasar saham yang menjadi aset dasar reksadana saham diperkirakan akan menahan return produk tersebut. "Return reksadana saham tahun ini cukup jelek," kata dia.

Rudiyanto memperkirakan return reksadana pendapatan tetap tahun ini akan berkisar 1%-2%. Namun, return reksadana pendapatan tetap secara jangka panjang bisa berkisar 7%-10% per tahun.

"Tahun ini return reksadana pendapatan tetap bisa lebih baik dibandingkan reksadana saham. Namun, bisa saja di bawah reksadana saham apabila saham rally di akhir tahun," tutur Rudiyanto.

Hari memperkirakan return reksadana pendapatan tetap bisa berkisar 7%-8%. Asumsi tersebut mempertimbangkan durasi portfolio berkisar 6 tahun.

Infovesta Utama mencatat rata-rata return reksadana pendapatan tetap dalam satu tahun tetakhir per 26 Augustus 2015 mencapai 3,4%. Return tersebut jauh lebih baik dibandingkan reksadana saham yang minus 20, 29% pada period yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto