Pasar uang bergairah, Bank Indonesia menggelar operasi moneter



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan menggelar operasi moneter dengan memperbanyak instrumen yang secara langsung menghidupkan aktivitas di pasar, seperti pasar uang antarbank (PUAB), repurchase agreement (repo) dan swap. Ini mengantisipasi kemungkinan terburuk ekonomi global, yang mempengaruhi likuiditas bank.

Salah satu instrumen yang sudah berjalan antara lain reverse repo Surat Berharga Negara (SBN). Ini solusi bagi bank yang kekeringan maupun kelebihan likuiditas.

Aktivitas ini meramaikan pasar, sehingga paceklik likuiditas tidak terlalu mengancam. "Bank yang memiliki likuiditas bisa membeli SBN dari BI. Ketika membutuhkan dana, mereka bisa jual di pasar sekunder atau jual kembali ke BI," ujar Deputi Gubernur BI, Hartadi Agus Sarwono, Selasa (13/12). Karena bagian dari rencana operasi moneter, dia tidak bersedia mengungkap detail instrumen lain yang akan digunakan BI.


Untuk mendapatkan dana murah, bank seharusnya aktif di PUAB. Namun mekanisme di PUAB tidak berjalan. Bank yang memiliki likuiditas berlebih hanya meminjamkan dana ke grupnya atau bank yang dia kenal. "Menghilangkan segmentasi butuh waktu lama, karena BI hanya melakukan pendekatan moral. BI tidak bisa masuk langsung ke pasar," tambah Hartadi.

Saat ini SBN milik BI mencapai Rp 65 triliun. Dari jumlah itu, sebanyak Rp 55 triliun sudah digunakan untuk reverse repo. Transaksi PUAB hanya Rp 5,6 triliun. Adapun instrumen keuangan BI yang sudah terpakai antara lain term deposit sebesar Rp 154,58 triliun, dan standing fasilitiy Rp 76,22 triliun.

Managing Director & Senior Economist Standard Chartered Bank, Fauzi Ihsan mengingatkan agar bank memperhatikan ketersediaan likuiditas. Soalnya, 30%-40% dana bank di Eropa dan Amerika terbenam di Asia, termasuk Indonesia. Jika mereka menarik simpanan untuk memperkuat diri sendiri, likuiditas perbankan di sini bisa bermasalah. Imbasnya, perusahaan sulit mendapatkan pinjaman valas. "Perusahaan yang membutuhkan valas tidak bisa impor. Sektor riil bisa terpukul," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini