Pasar UMKM besar, pemain P2P Lending konsumtif adu peruntungan di segmen produktif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending semakin ekspansi, tak hanya memperbesar jumlah pinjaman, juga memperluas produk. Terbaru P2P lending yang biasanya menggarap segmen pembiayaan multiguna atau konsumtif kini menyasar segmen produktif.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) melihat tren ini terjadi karena pasar pembiayaan produktif atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) paling besar. 

Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI Tumbur Pardede secara nominal pinjaman juga lebih besar dibandingkan pinjaman multiguna.


"Sektor UMKM masih kekurangan permodalan dalam jumlah yang sangat besar dan akses keuangan mereka terbatas, yakni unbanked dan undeserved yang belum dapat difasilitasi melalui institusi finansial konvensional.  Hal inilah yang mendorong para penyelenggara P2P lending tertarik dengan peluang dan potensi yang begitu besar," ujar Tumbur kepada  Kontan.co.id pada Senin (1/7).

Selain itu, Tumbur menilai mitigasi risiko pinjaman ke sektor UMKM lebih terukur. Ia melihat mitigasi risiko sektor produktif dan konsumtif berbeda. Ia menilai sektor produktif lebih selektif kepada calon peminjam maka umumnya tingkat risiko sektor produktif lebih terukur dan lebih rendah dibanding sektor konsumtif.

Tumbur menegaskan adanya tren pemain konsumtif mengarap pasar produktif bukan berarti segmen konsumtif jenuh. Ia menilai pelaku bisnis P2P lending terus melihat dan mencari peluang-peluang dan potensi ekspansi market Oleh sebab itu, dengan sendirinya penyelenggara P2P lending akan masuk ke sektor UMKM.

Hingga saat ini sudah terdapat 113 penyelenggara P2P lending yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. Tumbur bilang belum ada data terbaru bagaimana proporsi penyelenggara yang membidik sektor produktif. "Saya belum mendapat angka pastinya, tapi beberapa bulan lalu diperkirakan jumlah yang benar-benar fokus ke UMKM sebanyak 40%-50% an. Ditambah dengan yang mixed multiguna mungkin sekitar 60%-70% an," jelas Tumbur.

Sebelumnya  Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan akumulasi pinjaman lewat   fintech lending  hingga Mei 2019 tercatat sebesar Rp 41,04 triliun. Nilai ini tumbuh 81,11% dibandingkan tahun lalu atau  year to date  (ytd) di 2018 sebesar Rp 22,66 triliun.

Jumlah pinjaman tersebut disalurkan untuk sektor produktif maupun konsumtif. Salah satu perusahaan P2P lending yang biasanya menyasar segmen konsumtif adalah perusahaan aplikasi kredit virtual finansial  online Akulaku. Tahun ini, Akulaku akan mulai membidik segmen produktif.

Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih mengatakan, produk pinjaman produktif akan membidik para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

"Akan diluncurkan SME (small and medium enterprise) loan untuk para merchant. Target kami 20% pembiayaan untuk segmen produktif. Itu target yang besar, kami coba pelan-pelan. Pinjaman dari Januari sampai Juni per bulan Rp 1,5 triliun," ujar Anggie.

Anggie menyebut, produk baru ini akan diluncurkan pada kuartal keempat. Selain itu, Akulaku akan meluncurkan car loan atau pinjaman dengan jaminan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Pinjaman bersyarat ini bisa digunakan sebagai pinjaman produktif maupun konsumtif.

Anggie mengaku selama ini Akulaku lebih dikenal sebagai platform pinjaman konsumtif. Selain mendukung program pemerintah dalam menyalurkan pinjaman ke sektor produktif, Akulaku melihat penyaluran ke segmen ini memiliki nominal lebih besar dan menjangkau pengguna lebih jauh.

"Pinjaman konsumtif itu cepat tapi nominalnya kecil. Kalau produktif kan kan panjang bisa enam bulan atau satu tahun tapi ticket size-nya besar. Kalau konsumtif itu yang penting orangnya ada, kalau produktif yang penting usahanya ada," jelas Anggie.

Lanjut Anggie, pada awalnya, Akulaku akan membidik para mitra UKM yang berjualan di platform e-commerce Akulaku. Hingga saat ini terdapat 120.000 mitra UKM. Akulaku juga akan membidik pinjaman kepada non mitra, namun pada tahap awal akan menyasar mitra UKM sendiri terlebih dahulu.

Anggie menyebut saat ini jumlah pengunduh aplikasi Akulaku terus bertumbuh. Bila pada akhir 2018 lalu sebanyak 15 juta pengunduh. Sedangkan pada saat ini bertambah menjadi 20 juta pengunduh.

Sebelumnya, Akulaku menargetkan penyaluran pinjaman di Indonesia bisa sebesar Rp 29,4 triliun pada 2019. Angka tersebut naik 300% dari penyaluran kredit sepanjang 2018 yang sebesar Rp 9,8 triliun. Jumlah pinjaman ini berasal dari seluruh lini bisnis Akulaku, yang terdiri dari market place, B2B e-commerce , dan multifinance.

Dalam menjalankan bisnis fintech lending, Akulaku berafiliasi dengan PT Pintar Inovasi Digital atau Asetku sebagai pemegang tanda daftar fintech peer to peer lending dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Asetku telah terdaftar di OJK dengan tanda daftar S-1110/NB.213/2018.

Selain itu, dalam menjalankan bisnis pembiayaan Akulaku menggunakan salah satu perusahaan afiliasinya yakni PT Akulaku Finance Indonesia. Perusahaan pembiayaan tersebut telah terdaftar serta memiliki izin usaha resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Tanda Bukti Terdaftar No.KEP-436/NB.11/2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli