Pasar valas jadi wahana hedging para investor di tengah tingginya risiko



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan pada pasar saham dan nilai tukar rupiah membuat investor mencari cara untuk melindungi nilai investasinya alias melakukan hedging. Termasuk di pasar berjangka, terutama pasar valuta asing (valas), di mana investor semakin ramai melakukan hedging untuk mengelola risiko investasinya.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Ariston Tjendra menjelaskan, hal tersebut wajar lantaran industri berjangka memang merupakan sarana hedging bagi investor. "Pasar berjangka mempunyai potensi open posisi secara dua arah. Investor bisa memanfaatkan kondisi penurunan harga untuk membuka posisi jual terlebih dahulu, atau memasang posisi beli dan jual pada produk yang sama dalam satu waktu, ya itu hedging," kata Ariston, Jumat (7/9).

Ariston mengatakan, volume transaksi di Monex meningkat sekitar 20% dari bulan sebelumnya. Sayang, ia belum mau menyebut berapa persisnya volume transaksi valas di perusahaan pialang berjangka tersebut.


"Transaksi meningkat karena volatilitas makin tinggi sehingga banyak peluang di pasar, range di pasar juga membesar dan investor jadi lebih sering keluar masuk pasar," kata dia.

Pada dasarnya, Ariston menilai, investor dapat masuk ke pasar berjangka dalam momentum apapun. Sebab, kondisi naik ataupun turun harga keduanya bisa dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Tentu saja, investor harus tetap realistis menentukan target profit yang menurut Ariston berada di kisaran 10%-20% per bulannya dalam hal trading forex.

Adapun, sejauh ini transaksi valas masih didominasi oleh pasangan mata aung EUR/USD yang mencapai sekitar 30%-40% dari total transaksi valas di Monex. Sementara, pairing terbanyak kedua adalah GBP/USD dengan porsi sekitar 15%-20% dari keseluruhan transaksi forex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi