JAKARTA. Harga minyak mentah naik tipis seiring antisipasi pelaku pasar terhadap pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan hembusan sentimen positif dari bursa saham regional.Mengutip data Bloomberg, kemarin (28/1), minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa NYMEX naik 0,43% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 96,14 per barel. Pekan lalu, harga minyak pun sudah naik 2,17%. Kepala Strategi CMC Markets di Sydney, Michael McCarthy, menyebut, pekan ini, ada banyak data di pasar yang bisa menggerakkan harga minyak. Salah satunya, data cadangan AS. Energy Information Administration (EIA) akan melaporkan jumlah stok minyak AS, besok. Sejumlah analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, persediaan minyak mentah kemungkinan bertambah 2 juta barel pada pekan lalu. Pasokan bensin juga diprediksi naik, sedangkan stok minyak sulingan menyusut. McCharthy memprediksi, investor akan menjual kontrak WTI hingga US$ 98 per barel. "Harga energi sudah naik cukup kuat, dan normal apabila terjadi sedikit koreksi," ungkapnya.Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy melihat, kenaikan harga minyak lebih disokong membaiknya pergerakan bursa saham setelah sempat tertekan sehari sebelumnya. Namun, ia menduga, kenaikan ini bersifat sementara. Sebab, fokus pasar pada pekan ini, yakni mencermati hasil pertemuan FOMC yang berlangsung 28-29 Januari 2014. “Jangka pendek, harga minyak masih berpotensi naik, sebelum keputusan The Fed,” prediksi Nizar.Tunggu sinyal FedSenior Research and analyst PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menilai, pelaku pasar lebih waspada menjelang pertemuan FOMC. Pasalnya, pertemuan akan mendiskusikan pengurangan stimulus moneter AS. "Hal ini cenderung menyokong posisi dollar AS, sehingga harga komoditas cenderung tertekan, termasuk minyak," jelasnya. Secara teknikal, kata Zulfirman, indikator stochastic dapat menyediakan tekanan penurunan bagi harga minyak jika kembali menguji moving average (MA) 50. Harga minyak perlu mencapai level penutupan harian di bawah MA 50 (US$ 95,60) untuk melanjutkan penurunan. Kegagalan menembus MA 50 dapat memicu aksi bargain-hunting setelah kejatuhan tajam pada dua sesi terakhir. Adapun, indikator moving average convergence divergence (MACD) masih positif.Zulfirman menduga, dalam sepekan ini, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 93,60-US$ 97,80 per barel. Sementara, prediksi Nizar, harga akan bergulir antara US$ 95,00-US$ 98,00 per barel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasar waspada, WTI bergulir tipis
JAKARTA. Harga minyak mentah naik tipis seiring antisipasi pelaku pasar terhadap pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan hembusan sentimen positif dari bursa saham regional.Mengutip data Bloomberg, kemarin (28/1), minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa NYMEX naik 0,43% dibanding hari sebelumnya menjadi US$ 96,14 per barel. Pekan lalu, harga minyak pun sudah naik 2,17%. Kepala Strategi CMC Markets di Sydney, Michael McCarthy, menyebut, pekan ini, ada banyak data di pasar yang bisa menggerakkan harga minyak. Salah satunya, data cadangan AS. Energy Information Administration (EIA) akan melaporkan jumlah stok minyak AS, besok. Sejumlah analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, persediaan minyak mentah kemungkinan bertambah 2 juta barel pada pekan lalu. Pasokan bensin juga diprediksi naik, sedangkan stok minyak sulingan menyusut. McCharthy memprediksi, investor akan menjual kontrak WTI hingga US$ 98 per barel. "Harga energi sudah naik cukup kuat, dan normal apabila terjadi sedikit koreksi," ungkapnya.Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy melihat, kenaikan harga minyak lebih disokong membaiknya pergerakan bursa saham setelah sempat tertekan sehari sebelumnya. Namun, ia menduga, kenaikan ini bersifat sementara. Sebab, fokus pasar pada pekan ini, yakni mencermati hasil pertemuan FOMC yang berlangsung 28-29 Januari 2014. “Jangka pendek, harga minyak masih berpotensi naik, sebelum keputusan The Fed,” prediksi Nizar.Tunggu sinyal FedSenior Research and analyst PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menilai, pelaku pasar lebih waspada menjelang pertemuan FOMC. Pasalnya, pertemuan akan mendiskusikan pengurangan stimulus moneter AS. "Hal ini cenderung menyokong posisi dollar AS, sehingga harga komoditas cenderung tertekan, termasuk minyak," jelasnya. Secara teknikal, kata Zulfirman, indikator stochastic dapat menyediakan tekanan penurunan bagi harga minyak jika kembali menguji moving average (MA) 50. Harga minyak perlu mencapai level penutupan harian di bawah MA 50 (US$ 95,60) untuk melanjutkan penurunan. Kegagalan menembus MA 50 dapat memicu aksi bargain-hunting setelah kejatuhan tajam pada dua sesi terakhir. Adapun, indikator moving average convergence divergence (MACD) masih positif.Zulfirman menduga, dalam sepekan ini, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 93,60-US$ 97,80 per barel. Sementara, prediksi Nizar, harga akan bergulir antara US$ 95,00-US$ 98,00 per barel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News