KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi industri 4.0 di manufaktur sangat terkait dengan penyediaan infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi. Seperti internet of things (IoT), big data, cloud computing, artificial intellegence, mobility, virtual dan augmented reality, sistem sensor dan otomasi. Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Kementrian Perindustrian (Kemperin) telah menyiapkan sejumlah regulasi yang akan membuat IoT akan semakin besar di Indonesia," ungkap Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin, dalam rilis, Selasa (27/11). IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lain yang ditanami perangkat elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas yang memungkinkan terhubung dengan jaringan internet maupun mengumpulkan dan bertukar data. Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kemkominfo Ismail menyatakan, instansinya siap mendukung para pelaku industri menciptakan ekosistem IoT dengan payung hukum yang kuat. “Terkait regulasi, harus ada payung hukum dalam pengembangan IoT ini. Kalau misalnya undang-undang terlalu berat maka perlu Peraturan Pemerintah,” kata Ismail. Pemerintah menurutnya akan mengambil inisiatif pengembangan ekosistem dan business model IoT di Indonesia. “IoT itu tidak cukup hanya connectivity tetapi juga ekosistem dan business model, sehingga bisa menciptakan efisiensi dan revenue bagi lebih banyak pelaku industri yang mau melakukan digitalisasi,” tegasnya. Pentingnya pemanfaatan teknologi dalam menjalankan roda bisnis juga diamini oleh Muhammad Awaluddin, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero). Awaluddin yang bergabung dengan AP II pada September 2016 mengaku banyak melakukan perubahan dalam pola bisnis perusahaan operator bandara yang dipimpinnya tersebut. “Profile penumpang pesawat saat ini sudah banyak berubah. Saat ini banyak didominasi generasi millennial yang ingin melayani dirinya sendiri, jadi disitu peran digitalisasi dibutuhkan. Contohnya adalah dengan self check in menggunakan smartphone,” kata Awaluddin.
Pasarnya Rp 444 triliun di tahun 2022, IoT butuh ekosistem dan model bisnis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi industri 4.0 di manufaktur sangat terkait dengan penyediaan infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi. Seperti internet of things (IoT), big data, cloud computing, artificial intellegence, mobility, virtual dan augmented reality, sistem sensor dan otomasi. Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Kementrian Perindustrian (Kemperin) telah menyiapkan sejumlah regulasi yang akan membuat IoT akan semakin besar di Indonesia," ungkap Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin, dalam rilis, Selasa (27/11). IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lain yang ditanami perangkat elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas yang memungkinkan terhubung dengan jaringan internet maupun mengumpulkan dan bertukar data. Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kemkominfo Ismail menyatakan, instansinya siap mendukung para pelaku industri menciptakan ekosistem IoT dengan payung hukum yang kuat. “Terkait regulasi, harus ada payung hukum dalam pengembangan IoT ini. Kalau misalnya undang-undang terlalu berat maka perlu Peraturan Pemerintah,” kata Ismail. Pemerintah menurutnya akan mengambil inisiatif pengembangan ekosistem dan business model IoT di Indonesia. “IoT itu tidak cukup hanya connectivity tetapi juga ekosistem dan business model, sehingga bisa menciptakan efisiensi dan revenue bagi lebih banyak pelaku industri yang mau melakukan digitalisasi,” tegasnya. Pentingnya pemanfaatan teknologi dalam menjalankan roda bisnis juga diamini oleh Muhammad Awaluddin, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero). Awaluddin yang bergabung dengan AP II pada September 2016 mengaku banyak melakukan perubahan dalam pola bisnis perusahaan operator bandara yang dipimpinnya tersebut. “Profile penumpang pesawat saat ini sudah banyak berubah. Saat ini banyak didominasi generasi millennial yang ingin melayani dirinya sendiri, jadi disitu peran digitalisasi dibutuhkan. Contohnya adalah dengan self check in menggunakan smartphone,” kata Awaluddin.