KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sovereign wealth fund (SWF) Indonesia, yakni Indonesia Investment Authority (INA) membuka peluang untuk kembali berinvestasi di berbagai sektor industri, termasuk jalan tol, pada masa mendatang. Baru-baru ini INA dan PT Hutama Karya (Persero) menjalin kerja sama investasi untuk pengelolaan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Dalam hal ini, INA mengakuisisi dua ruas JTTS yakni Tol Bakauheni – Terbanggi Besar (Bakter) sepanjang 141 kilometer (km) dan Tol Medan – Binjai sepanjang 17,2 km dengan masa alih konsensi dua ruas tol tersebut selama 50 tahun. INA merogoh kocek sebesar Rp 20,55 triliun untuk mengakuisisi dua ruas JTTS dari Hutama Karya. Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menyebut, investasi pada JTTS menjadi bukti komitmen INA yang memang salah satu fokusnya adalah sektor infrastruktur, termasuk jalan tol.
Baca Juga: Dapat Dana Segar Rp 20,5 Triliun, Hutama Karya Fokus Pembangunan JTTS Bahkan, ketika awal masa INA berdiri pada 2021 lalu, mereka sudah terlibat dalam investasi jalan tol. Sebagai pengingat, Mei 2021 silam, INA bersama Caisse de depot et placement du Quebec (CDPQ), APG Asset Management (APG), dan anak usaha Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) membentuk konsorsium untuk pengembangan platform investasi sektor infrastruktur, khususnya jalan tol. Platform investasi ini memiliki nilai komitmen sebesar Rp 54 triliun. INA juga pernah mengakuisisi dua ruas tol milik BUMN karya, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) pada September 2022. Dua ruas tol tersebut antara lain Kanci – Pejagan dan Pejagan – Pemalang yang mana panjang keduanya mencapai 92,5 kilometer. Tahun ini pun INA diisukan tertarik untuk kembali mengakuisisi dua ruas jalan tol milik WSKT lainnya, meski belum diungkap secara gamblang. INA pun menyadari betul pentingnya investasi jalan tol. Ini mengingat data Logistics Performance Index (LPI) dari Bank Dunia pada 2023 yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 61 dari 123 negara dalam hal kinerja logistik. Posisi ini tertinggal jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand. Selain itu, tingginya biaya logistik di Indonesia yang mencapai 23,5% dari PDB berdasarkan data per kuartal I-2021 menjadi bukti lain dari urgensi peningkatan efisiensi sektor tersebut. Ridha menilai, keputusan untuk mengakuisisi dua ruas JTTS baru-baru ini dilakukan karena INA memandang bahwa pembangunan infrastruktur jalan tol tersebut sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan sektor logistik. Lewat investasi ini, INA berusaha mendukung pemerataan konektivitas infrastruktur, meningkatkan efisiensi sektor logistik, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Ambil Alih 2 Ruas Tol Sumatera Senilai Rp 20,55 Triliun, INA Pastikan Bukan Utang “Investasi ini sejalan dengan tujuan kami yakni membuka peluang bagi investor domestik dan internasional untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia,” ungkap Ridha, Kamis (20/7) malam.
Sebagai investor jangka panjang, INA tetap terbuka untuk mengevaluasi peluang investasi di proyek-proyek jalan tol yang sejalan dengan mandat SWF, yaitu membangun kesejahteraan bagi generasi mendatang dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. INA akan terus memantau prospek proyek-proyek jalan tol lainnya dan mengevaluasi peluang investasi, termasuk akuisisi jalan tol dari perusahaan-perusahaan BUMN lainnya. “Tentu ini dengan kriteria ketat yang memastikan proyek tersebut memenuhi standar tata kelola internasional dan memberi nilai tambah sosial-ekonomi bagi kesejahteraan jangka panjang Indonesia,” pungkas Ridha. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi