Pasca hadiri 'Pesta Covid-19', seorang pria di Amerika meninggal dunia



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Seorang pria berusia 30 tahun di Texas meninggal dunia akibat virus corona baru setelah menghadiri pesta "Covid-19" yang diselenggarakan oleh orang yang terinfeksi. Melansir Arab News, seorang dokter mengungkapkan, hal ini menggarisbawahi risiko pada orang yang berusia lebih muda.

Jane Appleby, kepala petugas medis di Rumah Sakit Methodist di San Antonio, mengatakan pria itu mengira virus itu bohong, meskipun sejauh ini menewaskan lebih dari 135.000 orang di Amerika Serikat.

Baca Juga: Wow, Trump kenakan masker untuk pertama kali saat kunjungi fasilitas medis militer


"Seseorang didiagnosis dengan penyakit ini, dan mereka akan mengadakan pesta untuk mengundang teman-teman mereka untuk melihat apakah mereka dapat mengalahkan penyakit itu," kata Appleby dalam sebuah video yang disiarkan oleh media AS pada hari Minggu seperti yang dikutip Arab News.

"Salah satu hal yang menyayat hati yang dia katakan kepada perawatnya adalah, "Kamu tahu, saya pikir saya membuat kesalahan. Dia mengira penyakit itu tipuan. Dia pikir dia masih muda dan tak terkalahkan dan tidak akan terpengaruh oleh penyakit ini."

Baca Juga: AS ingatkan warganya di China berisiko ditahan dan tak boleh keluar dari China

Appleby mengatakan pasien muda seringkali tidak menyadari betapa sakitnya mereka.

"Mereka tidak terlihat sangat sakit. Tetapi ketika Anda memeriksa kadar oksigen dan tes lab mereka, mereka benar-benar lebih sakit daripada yang terlihat," katanya seraya mengimbau agar masyarakat untuk tidak mengambil risiko dan menghadapi masalah ini dengan serius.

Baca Juga: Corona di AS: Pecah rekor lagi, kasus corona baru bertambah 69.000 dalam sehari

Pemerintahan Trump pada hari Minggu kembali mendesak agar sekolah-sekolah dibuka secara penuh pada musim gugur, bahkan ketika infeksi virus corona kembali menyebar. Apalagi, terjadi rekor lonjakan dalam kasus-kasus di Florida menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang upaya negara untuk memadamkan penyakit tersebut. Amerika Serikat sejauh ini memiliki beban kasus dan jumlah kematian tertinggi di dunia.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie