Pasca IPO, BATR Bakal Bangun Pabrik Baru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Benteng Api Technic atau BAT Refractories (BATR) berencana untuk membangun pabrik baru menggunakan dana hasil initial public offering (IPO). Diperkirakan nilai investasinya mencapai Rp 100 miliar.

Direktur Utama BATR Ridwan Sumadi mengatakan pihaknya sudah berencana membangun pabrik baru untuk memproduksi fire brick atau bata tahan api dan monolithic refractory yang mempunyai spesifikasi khusus. Ini terutama akan digunakan di industri semen, smelter nikel, tembaga dan sebagainya. 

“Lokasinya di Gresik deket pabrik yang sudah ada,” ujarnya kepada wartawan usai IPO BATR, Senin (10/6).


Baca Juga: Benteng Api Technic (BATR) Melantai di Bursa, Oversubscribe 140,52 Kali

Pembangunan pabrik baru ini sebenarnya sudah direncanakan sejak lama, tetapi realisasinya akan dimulai pada tahun 2025 dan akan mulai berproduksi pada tahun 2026.

“Saat ini, BATR sudah memiliki dua pabrik fire brick. Sekarang luas pabriknya sekitar 1,26 hektare. Yang akan kita bangun itu luasnya sekitar 1,64 hektare,” paparnya.

Adapun terkait pemasaran sendiri, Ridwan mengungkapkan produk BATR masih berfokus untuk pasar domestik. Walaupun telah mengekspor produk ke Vietnam dan Timur Tengan, tetapi perusahaan ingin meningkatkan pangsa pasar di Indonesia. Saat ini, pasar refraktori Indonesia masih didominasi produk impor, yaitu mencapai sekitar 74%.

Distribusi produk terbesar BATR saat ini masih di daerah Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Untuk pangsa pasar BATR di domestik sekitar 10%-15%.

“Produk kami biasanya digunakan di kantor pemerintahan, khususnya di ruang arsip dan tangga darurat agar aman dari kebakaran,” tuturnya.

Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Saham BATR Naik 10,91%

Sejauh ini, BATR tidak terlibat langsung dalam proyek pembangunan IKN. BATR hanya memasok produk ke perusahaan baja yang terlibat dalam pembangunan IKN.

Asal tahu saja, dalam IPO pagi tadi, BATR melepas 620 juta saham atau setara 20,5% dari total saham keseluruhan. Harga penawarannya berkisar berkisar Rp 100-Rp 115 per saham, sehingga total dana segar yang dihimpun perseroan mencapai Rp 71,3 miliar.

Perolehan dana tersebut rencananya akan digunakan sebagai belanja modal dan dana operasional. Rinciannya sekitar 61% dari perolehan dana IPO menjadi dana belanja modal untuk mengakuisisi lahan, menambah bangunan, alat lab dan alat produksi. Sedangkan sisanya 39% digunakan sebagai dana operating expenditure (opex) meliputi pembelian bahan baku dan bahan jadi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih