Pasca IPO, Hensel Davest Indonesia akan tambah merchant dua kali lipat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hansel Davest Indonesia Tbk akan melantai di bursa pada 12 Juli 2019 mendatang. Pasca penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), Hansel langsung bersiap menggelar ekspansi bisnis dengan mengakuisisi merchant. Tak kepalang tanggung, Hansel ingin menambah jumlah merchant hingga dua kali lipat dari saat ini.

Asal tahu saja, di tahun 2018 lalu Hensel Davest memiliki lebih dari 100.000 agen pembayaran atau merchant di seluruh Indonesia yang terdiri dari perusahaan swasta distributor lokal, UMKM, hingga perorangan. Lalu, hingga 12 Juni 2019, jumlah agen bertambah menjadi 150.000 agen. Dan akhir tahun ini diproyeksikan akan bertambah sampai 300.000 agen.

Dengan tambahan agen tersebut, Direktur Utama Hensel Davest Indonesia Hendra David menargetkan pendapatan dan laba tumbuh hingga 100% sampai akhir tahun ini. Jadi, sampai akhir 2019 pendapatan Hensel Davest bakal menjadi Rp 10 triliun dan laba sebesar Rp 23 miliar.


Hingga 12 Juni 2019, Hensel Davest membukukan kenaikan laba sebesar 105% year to date (ytd) menjadi Rp 8,3 miliar.

Untuk mendanai ekspansi itu, Hansel melakukan IPO untuk meningkatkan modal kerja salah satu produknya yakni Davestpay. Dari IPO ini, Hensel menargetkan dana Rp 203,11 miliar.

"Sebanyak 65% dana hasil IPO akan digunakan untuk mengakuisisi merchant berupa UMKM atau warung dan individu," kata Hendra dalam acara paparan publik di Thamrin Nine Complex, Selasa (18/6).

Dana IPO juga akan digunakan untuk pembelian persediaan barang dagang dan pembiayaan piutang usaha kepada pelanggan. Sementara 10% lainnya akan digunakan untuk meningkatkan teknologi komunikasi informasi dan pengembangan sumber daya manusia.

Sisanya sekitar 25% akan digunakan membeli bangunan untuk operasional perusahaan.

Hendra yakni prospek bisnis Hensel Davest bargus karena perkembangan teknologi informasi dan perubahan pola konsumsi di era digital saat ini menjadi tantangan sekaligus potensi pasar yang menjanjikan.

Apalagi ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh dari US$ 7,8 miliar di 2015 menjadi US$ 78,8 miliar di 2025 dengan pertumbuhan terbesar sektor e-commerce dan teknologi finansial.

"Pertumbuhan ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat