Pasca jual First Media, nilai aset KLBV akan naik menjadi Rp 4,01 triliun



JAKARTA Anak usaha PT First Media Tbk (KBLV), PT First Media Television (FMTV,) akan menerbitkan saham baru. Seluruh saham baru diterbitkan itu akan dibeli Asia Link Holdings Limited (Asia Link), anak perusahaan CVC Capital Partners Asia Pasific III LP dan CVC Capital Partners Asia Pasific III Paralel Fund.

Pembelian saham baru membuat struktur pemegang saham FMTV akan berubah. KLBV yang tadinya menggenggam 99,99% saham FMTV, setelah transaksi tersebut hanya akan menggengam 80%. Sedang sisanya 20% saham dikuasai Asia Link. "KBLV tetap menjadi pengendali FMTV," kata Harianda Noerlan, Sekretaris Perusahaan kepada KONTAN, Selasa (12/4).

Menurut Harianda, total modal disetor FMTV sebesar Rp 2,5 miliar. Artinya nilai wajar penjualan 20% saham FMTV seharusnya hanya Rp 500 juta. Namun dari penerbitan saham baru Asia Link membayar Rp 1 miliar.


KBLV juga menerbitkan saham baru dari anak usaha mereka yang lain yaitu PT Link Net. Saham baru juga dibeli seluruhnya oleh Asia Link. Dana yang dapat diraup mencapai Rp 1,63 triliun. KBLV semula menggengam 99,7% saham Link Net. Setelah transaksi itu, 33,94% saham Link Net dikuasai Asia Link, sisanya dipegang KBLV.

KBLV juga menerbitkan obligasi sebesar Rp 722,31 miliar yang dibeli Asia Link. Pasca ketiga transaksi tersebut, aset KBLV akan naik 149,64% atau Rp 2,35 triliun menjadi Rp 4,01 triliun, dari sebelumnya yang sebesar Rp 1,66 triliun. Sedang kewajiban naik 81,02% menjadi Rp 1,61 triliun, dari sebelumnya yang sebesar Rp 889,41 miliar.

Ekspansi bisnis

Namun seluruh transaksi KBLV dengan Asia Link tersebut bisa terlaksana setelah mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 10 Mei 2011. "Apabila pemegang saham setuju, maka keseluruhan transaksi ini ditargetkan akan selesai pada akhir Mei 2011," kata Harianda.

Manajemen KBLV berencana sebagian dana akan digunakan ekspansi jalur kabel. Tahun ini perpanjangan kabel baru ditargetkan akan melewati 200.000 rumah di area Jabodetabek. Kabel tersebut digunakan untuk akses internet dan TV berlangganan yang selama ini jadi bisnis KBLV.

Dana tersebut juga akan digunakan merawat fasilitas dan biaya operasional. Namun, manajemen KBLV belum menentukan anggaran keperluan tersebut. Harianda menyatakan, KBLV belum memiliki target pendapatan dan laba bersih 2011. "Jika tambahan dana terlaksana, ekspansi bisa dilakukan, pendapatan akan meningkat," kata dia. Pendapatan tahun lalu KBLV naik 15,24% menjadi Rp 832,58 miliar. Laba bersih pun naik 27,87% jadi Rp Rp 41,93 miliar.

Vice President Research and Analyst Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menjelaskan, para investor saham harus menghitung return on investment (ROI) KBLV. "Sebab penambahan jaringan kabel memerlukan dana investasi yang mahal," kata dia.

Padahal bisnis teknologi sangat rentan waktu. Ketika ada teknologi baru, teknologi lama bisa langsung ditinggalkan.

Menurut Nico, KBLV lebih cocok untuk investor jangka panjang dengan waktu minimal lima tahun. Sedang bagi investor dengan waktu lebih pendek, atau spekulator tidak disarankan untuk mengoleksi KBLV. "Karena KBLV tidak likuid. Kalau sudah dibeli akan susah untuk dijual lagi, dan bisa terjebak didalamnya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini