KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengizinkan produsen batubara pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menambah produksi batubara tahun ini dari target yang sudah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun 2018. Mereka rama-ramai akan merevisi RKAB pada semester II-2018 nanti agar mendapat persetujuan penambahan produksinya. Ada PKP2B yang bersiap menambah produksi, ada juga yang akan tetap sesuai dengan RKAB saat ini. Presiden Direktur Arutmin Indonesia Ido Hotna Hutabarat menyatakan, sesuai RKAB tahun 2018 target produksi batubara mencapai 29 juta ton.
Tetap ada kemungkinan kenaikan produksi batubara dilakukan pada tahun ini. Hanya saja, peningkatan produksi itu melihat dari kesiapan alat-alat konstruksi milik perusahaan ini. "Ada kemungkinan peningkatan 10% tahun ini. Kami melihat kesiapan alat, karena problem kami itu ada di alat-alat," terangnya. Jika ketersedian alat tidak terpenuhi, Arutmin Indonesia akan memesan alat yang sedianya baru bisa diberikan enam bulan setelah pemesanan. Sementara kebutuhan alat untuk penambahan produksi 10% itu akan menambah dua unit dengan kapasitas 2 juta ton. Setelah mematok harga jual batubara dalam negeri atau domestik atau
domestic market obligation (DMO), pemerintah mewajibkan perusahaan pertambangan batubara memasok kepada PLN sebesar 25%. Lantaran kewajiban itu, perusahaan mendapat insentif supaya bisa menambah produksi hingga 10%."Semester II tahun 2018 ini, akan melakukan perubahan RKAB," ungkap dia. Realisasi produksi batubara Arutmin Indonesia pada tahun 2017 mencapai 25,8 juta ton. Artinya lebih rendah dari rencana target tahun ini. Kata Ido, sampai kuartal I tahun 2018 ini, produksi batubara Arutmin baru 7,5 juta ton. Sementara itu, Direktur Utama Kideco Jaya Agung, Kurnia Ariawan mengatakan pihaknya tidak berencana mengubah produksi dari konsesi pertambangan yang ada di Kalimantan Timur (Kaltim) pada tahun ini, yang sebesar 32 juta ton. "Sekitar 75% kita ekspor.Mayoritasnya kita ke China, sisanya ke Asia, dan Eropa, terangnya saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (3/4).
Sayang, Kurnia enggan menjelaskan belanja modal atau
capedital expenditure (capex) Kideco Jaya Agung untuk memproduksi batubara berkalori 4.500 kkcal per kg–5.000 kcal per kg di Kaltim itu. "Kami belum bisa
disclose. Sebagian besar untuk kontraktor," ungkapnya. Sementara itu, Ferbiati Nadira adalah
Head of Coorporate Communication PT Adaro Energy Tbk mengatakan, produksi Adaro jangka panjang juga akan
flat karena fokus menjaga cadangan batubara dalam jangka panjang demi pengembangan bisnis pembangkit listrik. "Kami masih sesuai panduan tahun ini, tidak menambah produksi," kata dia. Tahun ini Adaro menargetkan produksi antara 54 juta–56 juta ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati