KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesian National Shipowners Association (INSA) optimistis bisnis pengangkutan batubara memiliki prospek baik pasca dicabutnya larangan ekspor batubara. Ketua INSA, Carmelita Hartoto mengatakan, ada sejumlah faktor yang dapat mendorong bisnis pengangkutan batubara pada tahun ini, salah satu di antaranya yakni adanya ketegangan hubungan antara China dan Australia. Tensi dalam hubungan kedua negara tersebut, menurut Carmelita bisa mendorong China untuk lebih banyak mengimpor batubara dari Indonesia. “Belum lagi ada tren penguatan ekonomi dunia yang membuat kebutuhan akan energi batu bara utk semakin besar meski ada transisi ke EBT (energi baru terbarukan), sehingga dengan begitu kebutuhan pelayaran batu bara tetap menjanjikan di tahun 2022 ini,” imbuh Carmelita kepada Kontan.co.id (16/1).
Pencabutan larangan ekspor batubara dimuat dalam surat tertanggal 13 Januari 2022 yang dikirimkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Mineral dan Batubara (MInerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Baca Juga: Sulit Bersaing, Regulasi Pajak Hambat Industri Pelayaran Nasional Dalam surat bernomor B-165/MB.05/DJB.B/2022 itu, Ditjen Minerba Kementerian ESDM mengumumkan pencabutan pelarangan penjualan batubara ke luar negeri dilakukan atas pemegang PKP2B dan IUP Operasi Produksi yang telah memenuhi DMO tahun 2021 sebesar 100% atau lebih. Keputusan tersebut diambil sebagai tindak lanjut atas hasil rapat koordinasi antar Menteri tentang Pasokan Batubara PLN tanggal 12 Januari 2022. Seiring dengan adanya kebijakan ini, Ditjen Minerba Kementerian ESDM telah mencabut pelarangan penjualan batubara ke luar negeri atas 18 kapal bermuatan batubara dari pemegang PKP2B dan IUP Operasi Produksi yang telah memenuhi DMO tahun 2021 sebesar 100% atau lebih. Sebanyak 18 kapal yang sudah diperbolehkan berangkat itu mengangkut batubara dari 7 perusahaan, yakni Kideco Jaya Agung dengan total volume 51,20 ribu ton, Multi Harapan Utama dengan total volume 121,7 ribu ton, Marunda Graha Mineral sebesar 77 ribu ton, Adaro Indonesia sebesar 487,98 ribu ton, Borneo Indobara dengan total volume 447,33 ribu ton, Ganda Alam Makmur dengan total volume 7.492 ton dan Bina Insan Sukses Mandiri sebesar 107 ribu ton.
Baca Juga: Dekarbonisasi Jadi Tantangan Baru Bagi Industri Jasa Pelayaran “Selanjutnya kami mohon kerjasama Saudara untuk mengaktifkan kembali Eksportir Terdaftar (ET), memberikan pelayanan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), dan menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) untuk penjualan batubara ke luar negeri terhadap 18 kapal tersebut sesuai dengan kewenangan Saudara,” tulis Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin dalam suratnya kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut (13/1). Di luar pengangkutan untuk sektor batubara, Carmelita menuturkan bahwa sektor pengangkutan peti kemas atau kontainer internasional masih menikmati permintaan pasar yang tinggi, sementara permintaan jasa pengangkutan kontainer nasional tumbuh moderat mengikuti tren pertumbuhan ekonomi nasional. “Begitu juga pada angkut curah yang mungkin akan semakin baik di tahun ini seiring masih terjaganya tren harga CPO, dan permintaan untuk biofuel (B30). Untuk offshore juga membaik seiring dengan ekonomi dunia yang membaik yang mendorong permintaan BBM,” imbuh Carmelita. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .