Pasca ledakan dahsyat, Lebanon tetapkan Beirut sebagai kota bencana



KONTAN.CO.ID - BEIRUT. Menyusul ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8), Pemerintah Lebanon menetapkan Beirut sebagai kota bencana. Keputusan ini lahir dalam pertemuan darurat Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon, Rabu (5/8).

Palang Merah Lebanon mengumumkan, korban tewas akibat ledakan Beirut sudah menyentuh angka 100 orang. Sementara lebih dari 4.000 lainnya terluka.

Mengutip South China Morning Post, pertemuan darurat Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon yang dipimpin Presiden Michel Aoun juga memutuskan hari berkabung nasional selama tiga hari.


Sampai saat ini, penyebab ledakan Beirut masih belum terkonfirmasi secara jelas. Tetapi, Kepala Keamanan Internal Lebanon Abbas Ibrahim mengatakan, lokasi ledakan merupakan gudang yang menampung bahan-bahan yang sangat eksplosif.

Baca Juga: Palang Merah Lebanon: Korban tewas akibat ledakan Beirut mencapai 100 orang

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan dengan tegas, insiden ledakan tersebut tidak bisa dimaafkan. Semua pihak yang terlibat dalam kelalaian yang menyebabkan kejadian itu harus bertanggungjawab penuh.

"Apa yang terjadi hari ini tidak akan dibiarkan begitu saja, dan mereka yang bertanggungjawab atas insiden ini akan membayarnya, dan ini adalah janji bagi para korban tewas dan terluka," ungkapnya seperti dikutip South China Morning Post.

Menurut Diab, Pemerintah Lebanon akan segera mengungkap kebenaran di balik gudang berbahaya yang telah ada sejak 2014 tersebut. "Saat ini, kami fokus pada penanganan bencana, mengevakuasi korban tewas, dan merawat mereka yang terluka," ujar dia.

Sejauh ini, kabarnya, gudang yang terletak di kawasan Pelabuhan Beirut itu menampung sekitar 2.750 ton amonium nitrat. Semua bahan bersifat eksplosif itu diduga sudah tertimbun selama enam tahun tanpa pengawasan yang jelas.

Baca Juga: Ledakan Beirut, simpati dan dukungan mengalir dari negara-negara Arab