Pasca libur, harga tembaga melorot 1,4%



JAKARTA. Memburuknya sajian data manufaktur China Desember 2015 menjadi pemicu rontoknya harga tembaga. Belum lagi masih timpangnya permintaan dan penawaran di pasar global ikut menambah panjang beban negatif pergerakan harga.

Mengutip Bloomberg, Senin (4/1) pukul 13.58 WIB harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 1,40% ke level US$ 4.641 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini sudah menukik 1,08% dalam sepekan terakhir.

Berdasarkan pemaparan Ibrahim, Pengamat Komoditas PT SoeGee Futures hal ini imbas dari kejatuhan harga komoditas logam industri pasca buruknya indikator manufaktur China. Sebabnya, ini disinyalir menjadi tanda bahwa permintaan dari negeri Tirai Bambu belum akan membaik dalam waktu dekat.


Teranyar, data Caixin Manufactur China Desember 2015 turun dari 48,6 menjadi 48,2. Sebelumnya data manufaktur PMI China Desember 2015 hanya terangkat tipis ke level 49,7 dari sebelumnya 49,6.

“Sebenarnya ada penurunan stok mingguan di China bisa jadi penopang harga hanya saja gempuran China lebih besar dampaknya,” jelas Ibrahim. Laporan Shanghai Futures Exchange periode 31 Desember 2015, stok tembaga mingguan turun dari sebelumnya 182.835 ton menjadi 177.854 ton.

Namun memang penurunan tidak hanya disebabkan oleh sentimen dari China tapi juga dari Peru. Kementerian Energi dan Pertambangan Peru melaporkan Sabtu (2/1) total produksi tembaga Peru mencapai 158.652 metrik ton pada November 2015 yang mana ini sudah meningkat 37% dibanding November 2014 silam.

“Akibat tingginya produksi dari Peru keadaan di pasar global semakin oversupply,” kata Ibrahim. Maka nyaris tidak ada sentimen positif di pasar global yang dapat mendukung pergerakan harga tembaga saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie