KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja memastikan tak akan membawa anak usahanya, BCA Finance, untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di mana, bank sedang melakukan proses penggabungan BCA Finance dengan BCA Multifinance. Jahja mengungkapkan bahwa saat ini saham-saham di sektor multifinance tidak terlalu bagus. Alhasil, ia bilang tidak ingin jika BCA Finance dipaksakan IPO justru membuat investor dalam tanda kutip merugi.
Tak menutup kemungkinan, Jahja melihat jika pihaknya membawa BCA Finance melantai di bursa akan menjadi berita hot. Namun, ia justru tak bisa memastikan mampu mempertahankan harga sahamnya.
Baca Juga: Kredit Macet Multifinance Naik Lagi ”Kalau kita masuk IPO, itu nasabah yang penting harus untung, harus
profitable,” ujar Jahja, akhir pekan lalu. Ia pun menegaskan bahwa tujuan merger antara kedua perusahaan multifinance yang dimiliki itu bukan karena mau melantai di bursa. Menurutnya, langkah merger dilakukan semata-mata hanya untuk tujuan efisiensi. Seperti diketahui, selama ini BCA Finance fokus pada pemberian kredit untuk produk mobil. Sementara, BCA Multifinance difokuskan pada pemberian kredit untuk segmen kendaraan roda dua. ”Kita mencari efisiensi saja dan harapkan lebih baik,” ujar Jahja.
Baca Juga: BCA Finance Catat Tingkat NPF Turun Jadi 2,05% pada Juni 2024 Dalam hal ini, Jahja menjelaskan efisiensi yang dimaksudkan adalah adanya penurunan biaya yang bisa ditekan. Alhasil, profitabilitas yang bisa diraih oleh perusahaan pembiayaan milik BCA grup ini bisa lebih baik. Memang, jika melihat data RTI, pergerakan saham-saham multifinance mayoritas terlihat menurun. Hanya ada beberapa emiten multifinance yang berada di area hijau dalam sepanjang tahun berjalan. Contohnya, PT Mandala Multifinance Tbk (
MFIN) yang mengalami kenaikan 11,99% secara
year to date (Ytd) menjadi Rp 3.270 per saham.
Baca Juga: NPF Multifinance Turun Jadi 2,77% Per Mei 2024, Begini Kata Pelaku Industri Diikuti juga, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (
ADMF) yang sepanjang tahun berjalan mengalami kenaikan 5,71% secara
year to date menjadi Rp 11.575 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli