SINGAPURA. Harga kontrak emas di New York mencatatkan penurunan pasca naik selama dua hari terakhir pada hari ini (27/2). Data Bloomberg menunjukkan, harga kontrak emas untuk pengantaran April turun 0,5% menjadi US$ 1.606,80 per troy ounce di Comex, New York. Kemarin, harga kontrak emas sempat menyentuh level tertinggi dalam sepekan terakhir di posisi US$ 1.619,70 per troy ounce. Dengan demikian, harga emas sudah rebound 4,2% dari level terendahnya dalam tujuh bulan terakhir yang terjadi pada 21 Februari lalu di posisi US$ 1.554,30 per troy ounce. Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat turun 0,4% menjadi US$ 1.607,44 di London. Penurunan harga emas terjadi seiring meningkatkan kepercayaan pelaku pasar atas pemulihan ekonomi global. Kondisi ini menyebabkan permintaan emas sebagai proteksi kekayaan semakin menurun. "Investor memiliki tendensi untuk tidak terlalu banyak membeli emas di tengah perekonomian yang semakin stabil," jelas tim analis Credit Suisse Group AG. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasca naik 2 hari, harga emas akhirnya turun lagi
SINGAPURA. Harga kontrak emas di New York mencatatkan penurunan pasca naik selama dua hari terakhir pada hari ini (27/2). Data Bloomberg menunjukkan, harga kontrak emas untuk pengantaran April turun 0,5% menjadi US$ 1.606,80 per troy ounce di Comex, New York. Kemarin, harga kontrak emas sempat menyentuh level tertinggi dalam sepekan terakhir di posisi US$ 1.619,70 per troy ounce. Dengan demikian, harga emas sudah rebound 4,2% dari level terendahnya dalam tujuh bulan terakhir yang terjadi pada 21 Februari lalu di posisi US$ 1.554,30 per troy ounce. Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat turun 0,4% menjadi US$ 1.607,44 di London. Penurunan harga emas terjadi seiring meningkatkan kepercayaan pelaku pasar atas pemulihan ekonomi global. Kondisi ini menyebabkan permintaan emas sebagai proteksi kekayaan semakin menurun. "Investor memiliki tendensi untuk tidak terlalu banyak membeli emas di tengah perekonomian yang semakin stabil," jelas tim analis Credit Suisse Group AG. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News