Pasca Perbankan, Morgan Stanley Nilai Krisis Ekonomi Akan Hantam Sektor Properti



KONTAN.CO.ID -  NEW YORK. Memburuknya perekonomian global telah menyebabkan krisis dan kegagalan beberapa bank. Sejumlah analis menilai, efek domino berikutnya akan berdampak kepada sektor real estat komersial. 

Lisa Shalett, kepala investasi untuk Morgan Stanley Wealth Management melihat sektor ini berada pada rintangan besar di depan. Tak terlepas dari imbas Covid-19, kenaikan suku bunga, hingga refinancing, mengutip Yahoo Finance pada Rabu (5/4). 

Pada saat Covid-19, berbagai gedung perkantoran kosong ditinggalkan oleh para pekerjanya lantaran bisa bekerja dari rumah. Ini membuat, peningkatan penawaran real estat sehingga mendorong penurunan harga properti. 


Baca Juga: Turut Menyasar Bank Besar, Regulator di AS Kaji Ulang Peraturan Modal

“Lebih dari 50% pinjaman hipotek komersial senilai US$ 2,9 triliun perlu dinegosiasikan ulang dalam 24 bulan ke depan ketika suku bunga pinjaman baru kemungkinan akan naik sebesar 350 hingga 450 basis poin,” ujar Shalett.

Ia menyebut bank regional menyumbang 70% hingga 80% dari semua pinjaman baru dalam siklus terakhir. Sehingga, para investor dan analis mulai memperhatikan sektor ini setelah ledakan bersejarah Silicon Valley Bank dan Signature Bank bulan lalu.

Dia mengatakan bahwa properti perkantoran sudah menghadapi hambatan sekuler dari pekerjaan jarak jauh. 

“Bahkan ada tingkat kekosongan di sektor properti komersial mendekati level tertinggi dalam 20 tahun. Kami memperkirakan penurunan harga real estat komersial (perkantor) bisa jatuh dari puncak ke palung hingga 40%, lebih buruk daripada saat Great Financial Crisis,” tambahnya. 

Sedangkan standar pinjaman yang lebih ketat untuk pasar real estat komersial sekarang mungkin terjadi. Terlebih, bank sentral masih menggerek suku bunga acuan guna menekan inflasi, dan krisis perbankan hanya akan memperburuk kekurangan likuiditas yang ada.

Baca Juga: Terancam Resesi, Prospek Logam Mulia Masih Suram di Kuartal III

Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan risiko gagal bayar, kesusahan, dan tunggakan bagi sektor properti. Lantaran, industri ini sebagian besar dibangun di atas utang. 

Shalett menyebut ini akan mendatangkan kerugian kepada pemilik properti dan bankir yang memberi pinjaman. Lalu akan menjalar ke komunitas bisnis, penyandang dana modal swasta, dan pemilik sekuritas yang mendasarinya.  “Sektor teknologi dan konsumen juga tidak akan kebal", katanya.

Selain dari bankir,  pengusaha CEO Twitter dan Tesla Elon Musk juga telah berbagi pandangan terkait sektor properti. Baru-baru ini, ia men-tweet bahwa keadaan pasar utang real estat komersial.  “Sejauh ini merupakan masalah yang paling serius,” pungkasnya. 

Editor: Noverius Laoli