KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit investasi tahun ini diprediksi bakal makin moncer. Walau secara portofolio kredit investasi (KI) masih lebih rendah dibandingkan kredit modal kerja (KMK) maupun kredit konsumsi (KK), namun peningkatannya terbilang paling stabil. Data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI) menunjukan per November 2018 lalu kredit investasi tumbuh sekitar 9,4%
year on year (yoy) menjadi Rp 1.258,6 triliun. Meski begitu, jumlah ini turun dari periode Oktober 2018 yang sempat naik 13,1% yoy. Kendati sempat surut di bulan November, Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti menyebutkan potensi di tahun ini masih terbuka luas.
Menurutnya, pola pertumbuhan kredit investasi paling konsisten dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2018. Beberapa faktor pendukungnya antara lain kenaikan suku bunga kredit investasi yang cenderung lebih rendah dibanding jenis kredit lain seperti KMK. Sebagai gambaran, survei perbankan BI menyebutkan pada tahun ini suku bunga kredit investasi diperkirakan masih akan naik 3 basis poin (bps) menjadi 11,84%. Jumlah tersebut relatif lebih rendah dari perkiraan kenaikan KMK yang naik 5 bps menjadi 11,69% dan setara prakiraan suku bunga KK yang naik 3 bps menjadi 13,96% pada kuartal I 2019. "Kami ekspektasi akan ada kenaikan permintaan kredit investasi di awal dan akhir tahun ini, karena aktifitas usaha juga masih positif," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (17/1). Di sisi lain, Destry mengatakan daya beli masyarakat saat ini masih cukup kuat, ditambah pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Praktis hal ini memberi kepercayaan diri bagi pelaku usaha untuk mulai melakukan investasi. Sektor-sektor penopang ekonomi yang baru pun mulai menunjukan taring tahun ini yang bisa menjadi sasaran kredit investasi. Namun, Destry menyebut kalau hal ini baru akan mulai terasa pasca pemilihan umum dan pemilihan presiden (Pilpres) rampung. "Bisa jadi di pertengahan tahun, tapi memang kredit investasi masih akan didominasi perusahaan yang fokus di domestik," imbuhnya. Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja juga menyerukan hal serupa. Menurutnya, seusai Pilpres kondisi ekonomi akan mulai kondusif dan ada kepastian, saat itu lah kredit akan mulai terangkat. "Kelihatannya di kuartal I 2019 pelaku usaha masih akan lebih banyak merencanakan dan menunggu," tuturnya. Adapun, untuk target pertumbuhan KI di OCBC NISP tahun ini antara lain di kisaran 10% sampai 15% dengan asumsi kondisi makro eksternal stabil sampai akhir tahun.
Sekadar informasi saja, berdasarkan sektor kreditnya, tercatat kredit investasi paling tinggi terjadi pada sektor konstruksi dengan pertumbuhan 39,8% yoy per November 2018 menjadi Rp 91,6 triliun. Disusul sektor listrik, gas dan air bersih yang tumbuh 25,2% yoy menjadi sebesar Rp 134,6 triliun. Di akhir tahun lalu, sektor pengangkutan dan komunikasi juga terdorong naik sebanyak 17,8% yoy serta sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan yang tumbuh 13,9%. Meski begitu, ada dua sektor yang pertumbuhannya minus yakni pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan masing-masing susut 5% dan 6,3% secara tahunan per November 2018. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi