Pasca rilis BI Rate, transaksi obligasi anjlok 40%



JAKARTA. Pasar sekunder obligasi sepi pasca pengumuman BI Rate yang dipertahankan di level sebelumnya. Data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai penutupan perdagangan kemarin (12/4) menunjukkan, total volume transaksi obligasi meorot 40,1% menjadi Rp 2,3 triliun.

Sementara frekuensi perdagangan naik 13,9% dari 303 transaksi, menjadi 345 transaksi.Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihobing menuturkan, pada perdagangan kemarin, transaksi obligasi korporasi kembali menopang aktivitas perdagangan di pasar sekunder.

Total volume perdagangan obligasi korporasi naik dari Rp 330 milliar menjadi Rp 658 milliar. Sementara di saat yang sama, total volume perdagangan obligasi pemerintah justru turun dari Rp3,5 triliun, menjadi Rp 1,6triliun di periode yang sama.Seri FR0058 bertenor 20 tahun masih menjadi seri obligasi pemerintah teraktif ditransaksikan dengan total volume Rp 354 milliar dan 61 kali transaksi. Sementara obligasi korporasi yang teraktif ditransaksikan kemarin adalah obligasi Berkelanjutan I Astra Sedaya Finance Tahap I Tahun 2012 Seri C (ASDF01CCN1) yang memiliki rating idAA+ dan kupon 8,5%. Obligasi tersebut ditransaksikan sebanyak 23 kali transaksi, dengan nilai transaksi Rp 128 miliar.Menurut Tumpal, investor secara umum masih dibayangi oleh ketidakpastian seputar keputusan kenaikan harga BBM, sehingga mendorong turunnya minat investor untuk kembali masuk ke pasar. "Terlebih keputusan BI yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan, sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya sehingga tidak membuat pasar suprise,"kata Tumpal, Jumat (13/4).


Harga obligasi pemerintah juga tertekan, yang terlihat dari indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) yang kembali turun menggenapi penurunan selama 7 hari berturut-turut. Sampai penutupan perdagangan kemarin (12/4), Indeks IDMA berada di posisi 109,76, atau turun 12 basis poin (bps) dari hari sebelumnya di 109,88.Pekan depan, harga masih flatAnalis Obligasi UOB Securities Agus Salim memprediksi, untuk pekan depan, harga obligasi cenderung bergerak flat dan tidak banyak berubah dibanding tren seminggu ini. Dia menilai, obligasi pemerintah jangka panjang cenderung turun paling banyak, sedangkan yang bertenor pendek masih ada sedikit kenaikan.Sebagai catatan, harga seri FR0058 bertenor 20 tahun yang merupakan benchmark untuk obligasi bertenor panjang selama sepekan turun 112 bps menjadi 115,5 per 12 April. Sementara seri FR0060 bertenor 5 tahun, seri benchmark jangka pendek hanya turun 2 bps selama sepekan ini menjadi 104,9.Agus menyebut, sepertinya memang investor masih menjauhi risiko dengan lebih banyak ambil posisi di obligasi pemerintah bertenor pendek. "Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% membuat investor semakin mencermati dampak inflasi di bulan-bulan ke depan," kata Agus, Jumat (13/4).Terlebih masih menjadi tanda tanya, mengenai kapan harga BBM bersubsidi akan dinaikkan. Di samping bulan Juni-Juli nanti ada tahun ajaran baru pendidikan dan bulan Ramadhan yang biasanya berimbas pada naiknya tingkat inflasi. "Walaupun ada kecenderungan turun, tapi saya melihat harga obligasi tidak akan menurun banyak di pekan depan," prediksi Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini