Pasca tiga tahun, Palu terjadi deflasi pada April



Palu. Kota Palu mengalami deflasi sebesar 0,53% pada April 2016. Ini jauh lebih baik dibanding Maret 2016 yang mengalami inflasi sebesar 0,38%.

"Kota Palu berada pada peringkat ketujuh untuk wilayah Sulawesi, Kalimantan dan Papua (Sulampua) serta peringkat ke-30 untuk nasional," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah Faizal Anwar di Palu, Senin (2/5).

Dia menjelaskan bahwa penurunan index harga yang mempengaruhi deflasi terjadi pada kelompok pengeluaran transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,95%, bahan makanan sebesar 0,90%, Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,14%, serta sandang 0,02%.


Sedangkan kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 0,18%, kesehatan 0,11% dan pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,02%.

Faizal menjelaskan sejumlah komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi yakni bawang merah 0,14%, ikan cakalang 0,08%, ikan ekor kuning 0,07%, bawang putih 0,02%, tomat buah 0,02%, ikan selar 0,02%, sepeda motor 0,01%, daging ayam ras 0,01%, rokok kretek filter 0,01% dan gula pasir 0,01%.

Sementara komoditas yang memiliki andil penyebab deflasi yakni bensin 0,27%, cabai rawit 0,23%, beras 0,13%, telur ayam ras 0,09%, telepon seluler 0,06%, cabai merah 0,05%, tarif listrik 0,04%, angkutan udara 0,04%, ikan mujair 0,04% dan ikan layang 0,02%. "Deflasi April 2016 sebesar 0,53% merupakan satu-satunya deflasi dalam tiga tahun terakhir, dimana pada April 2014 dan 2015 terjadi inflasi sebesar 0,21% dan 0,37%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto