Pasca tsunami Jepang, Indonesia berniat tawarkan relokasi industri



JAKARTA. Guncangan tsunami terhadap Jepang menenggelamkan industri-industri di Jepang. Melihat celah itu, pemerintah berniat menawarkan Jepang untuk merelokasi industrinya di Indonesia.Deputi Menko Ekonomi Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady mengatakan, pemerintah sedang mengkaji langkah- langkah sebelum mempromosikan ke Jepang. "Salah satunya yang baru kita kaji adalah low cost car atau kendaraan bermesin biaya rendah, seperti kita ketahui Jepang adalah salah satu produsen mobil," tuturnya, saat dihubungi KONTAN akhir pekan lalu.Selain itu, Edy menyebut, Indonesia juga telah melakukan komitmen dengan Jepang dalam Indonesia Japan Patnership (IJ-EPA), dan Metropolitan Priority Area (MPA). "Kita harapkan Jepang mau pindahkan sebagian basis produksinya ke kita," imbuhnya.Paling tidak meningkatkan kandungan lokal untuk industri manufaktur tertentu seperti otomotif, permesinan, perkapalan elektronik, peralatan rumah tangga dan perkantoran.Edy berharap Jepang bisa memperluas investasinya untuk plat baja tipis (dibawah 2 mm), dan produk ekonomi yang sedang dikembangkannya. Indonesia sudah punya skema khusus seperti dalam IJ-EPA, JMPA, dan sebagainya. "Sebelum kita kesana untuk spesifik sektor, kita sedang membahas kebijakan-kebijakan atraktif untuk mempromosikan. Pokoknya isu domestik dan fasilitas ini harus jelas sebelum kita maju bulan depan,” terangnya.Sementara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku, Jepang itu penting bagi negara Indonesia, karena hampir sebagian ekspor kita dikirim kesana.Selain itu dari sisi Front Direct Investment, Jepang juga dominan. Namun, setelah terjadinya bencana tsunami dan isu kebocoran reactor nuklir di Jepang dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi dalam negeri. Diantaranya dapat menimbulkan sentimen negatif pada pasar modal di kawasan Asia Timur dan Tenggara, sehingga dapat menekan capital inflow dan nilai nilai tukar negara-negara Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini