Pascalelang SUN, pasar masih wait and see di pasar sekunder



JAKARTA. Setelah sempat naik tajam saat lelang obligasi pemerintah pada Selasa (10/1), volume perdagangan obligasi di pasar sekunder kembali sepi, kemarin.Data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia menunjukkan, volume transaksi perdagangan obligasi pemerintah maupun korporasi pada penutupan Rabu (11/1) tercatat turun 13,9% menjadi Rp 5,5 triliun, dari hari sebelumnya mencapai Rp 6,3 triliun. Padahal, hari sebelumnya, volume transaksi sempat naik tajam yaitu sebesar 102% menjadi Rp 6,3 triliun pada Selasa (10/1).Penurunan volume seirama dengan frekuensi perdagangan yang juga surut 21,5% menjadi 351 transaksi pada periode yang sama, dari hari sebelumnya 447 transaksi.Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Tumpal Sihombing menuturkan, seri FR0058 yang bertenor 20 tahun dan berkupon 7,1237% kembali menjadi seri obligasi pemerintah teraktif. Total volume perdagangan sebesar Rp 690 milliar dan ditransaksikan sebanyak 87 kali transaksi.

Sementara, Obligasi Berkelanjutan I Adira Dinamika Multi Finance Tahap I Tahun 2011 Seri C (ADMF01CCN1) dengan YTM 8,6010% dan rating idAA+ menjadi seri obligasi korporasi teraktif. Volume perdagangan surat utang ini mencapai Rp 104 miliar, dan ditransaksikan 12 kali.Menurut Tumpal, transaksi di pasar sekunder kembali surut, karena euforia lelang SUN sudah berakhir di pasar. Apalagi, tidak ada katalis positf dari domestik yang bisa mengangkat harga obligasi. Namun, lanjutnya, walaupun transaksi di pasar sekunder kembali sepi pascalelang SUN, namun sentimen global bisa menggiring yield obligasi pemerintah untuk terus turun.

Dari riset IBPA, yield obligasi pemerintah yang tergambar dari tren IBPA Indonesia Governmen Securities Yield Curve (IBPA-IGSYC) menunjukkan penurunan tercepat terjadi pada obligasi pemerintah tenor menengah (5 tahun - 7 tahun), yang rata-rata turun 1,4 basis poin (bps). Disusul, obligasi tenor panjang yang rata-rata turun 0,9 bps.Kata Tumpal, pasar obligasi berhasil rebound terdorong oleh sentimen positif yang terjadi di pasar global. Investor kembali optimis terhadap perekonomian global ketika data-data perekonomian AS menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Hal ini diperkirakan memicu kembali masuknya dana asing ke emerging market seperti Indonesia.


Kendati begitu, pelaku pasar terlihat masih sangat hati-hati, menyusul sentimen negatif dari Eropa yang sewaktu-waktu dapat membalikkan arah pasar ke teritori negatif. Hal ini terlihat dari spread antara yield obligasi pemerintah bertenor 2 tahun dan 10 tahun ke kisaran 106 bps yang melebar hingga penutupan perdagangan kemarin (11/1). Terjadi pelebaran spread hingga 106 bps, padahal pada perdagangan hari sebelumnya spread masih 105 bps.

Tumpal bilang, pelebaran ini dapat menjadi indikasi pasar belum menunjukkan arah yang jelas sehingga menyebabkan investor bersikap hati-hati. "Pasar masih wait and see, volume transaksi di pasar sekunder bisa naik dan turun tergantung berita yang berkembang di pasar," ujarnya, Kamis (12/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini