Pasokan Beras Terbatas, Begini Kata Pengamat Pertanian



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga beras di dalam negeri terus merangkak naik. Kenaikan ini diyakini karena ketersediaan pasokan beras menipis sementara kebutuhan konsumsi relatif menetap.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, saat ini pasokan beras terbatas karena musim panen raya (Februari—Mei) sudah lewat. Di musim gadu (Juni—September) beras memang lebih rendah dibandingkan musim panen raya.

Hal inilah yang menyebabkan harga gabah dan beras terus merangkak naik. Harga gabah jauh di atas HPP (harga pokok penjualan) yang dipatok dengan harga Rp 5000/kg. Bahkan, di beberapa daerah di Indonesia, harga gabah sudah menembus Rp 7000/kg hingga Rp 7300/kg. Harga beras medium pun sudah melewati HET (harga eceran tertinggi).


“Harga gabah jauh di atas HPP yg dipatok Rp5.000/kg. Di beberapa daerah harga menembus Rp7.000/kg, bahkan Rp7.300/kg. Harga beras medium pun sudah melewati HET.” ungkap Khudori kepada Kontan.co.id, Kamis (7/9).

Baca Juga: Waspadai Kenaikan Harga Beras Bisa Sulut Inflasi Tinggi

Kondisi ini juga menyebabkan pedagang dan penggiling beras terjepit dari dua sisi sekaligus. Pertama adalah harga bahan baku yang tinggi dan kedua adalah harga jual beras yang dipatok dengan HET. Ketika harga gabah naik, margin keuntungan turun dan dapat menyebabkan kerugian.

“Ketika harga gabah naik, margin keuntungan turun, bahkan bisa merugi. Ketika segala cara untuk bertahan tidak menolong, berhenti produksi jadi keniscayaan.” tutur Khudori.

Memasuki bulan Oktober, musim paceklik juga menyebabkan produksi beras lebih kecil lagi. Hal ini dapat berlangsung, jika cuaca normal, hingga Januari tahun depan. Akan tetapi, menurut Khudori, El Nino bisa saja menyebabkan panjangnya musim paceklik hingga satu atau dua bulan. Hal ini dapat menyebabkan harga beras terus mengalami kenaikan.

“El Nino bisa saja bertambah panjang satu atau dua bulan. Artinya musim paceklik jadi lebih lama. Ini potensial terus mengerek harga gabah dan beras lebih tinggi. Seberapa tinggi? Tergantung sejauh mana intervensi pasar yg dilakukan pemerintah” ungkap Khudori.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Begini Dampaknya Bagi Emiten Produsen Beras

Impor beras dapat menjadi opsi yang dapat dilakukan untuk menangani seretnya pasokan beras di tanah air. Akan tetapi, pasokan beras dari luar tidak mudah didapat. Hal ini karena eksportir membatasi bahkan menutup ekspor beras, seperti India.

“Itu (impor beras) salah satu opsi yang tersedia. Meski gak mudah untuk dapat beras. Salah satunya karena eksportir membatasi bahkan menutup ekspor seperti India” ujar Khudori.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .