Pasokan Berlebih dan Sinyal Gencatan Senjata yang Menguat Menekan Harga Minyak Dunia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terpantau bergerak bearish pada Jumat (15/11). Harga minyak ini dibebani oleh sentimen dari peringatan International Energy Agency (IEA) akan pasokan berlebih di pasar minyak global pada tahun depan.

Mengutip Bloomberg, umat (15/11) pukul 12.00 WIB harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2024 di New York Mercantile Exchange ada di level US$ 68,08 per barel, turun 0,9% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 68,70 per barel.

Research and Development ICDX Yoga Girta mengatakan, dalam Laporan pasar minyak November yang dirilis Kamis (14/11), IEA melihat output minyak dari negara-negara produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, Kanada, dan Guyana akan tumbuh tahun ini. Selanjutnya juga akan meningkat sebesar 1,5 juta barel per hari (bph) pada tahun 2025.


Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Jumat (15/11) Pagi, Investor Menimbang Prospek Permintaan

Di sisi permintaan, IEA memperkirakan akan meningkat sebesar 920.000 bph tahun ini dan mencapai 990.000 bph pada tahun 2025. Sehingga IEA berpandangan walaupun OPEC tetap mempertahankan pemangkasan produksi, pasar minyak global tetap akan menghadapi kondisi pasokan berlebih pada tahun depan.

Turut menekan harga minyak, AS melaporkan persediaan minyak mentah pada minggu lalu naik sebesar 2,09 juta barel, lebih besar dari ekspektasi yang diperkirakan sebelumnya, sebesar 1,85 juta barel. 

"Kenaikan stok minyak tersebut mengindikasikan permintaan yang sedang lesu di pasar energi AS," tulis Yoga dalam riset, Jumat (15/11).

Selain itu, sinyal kemajuan gencatan senjata senjata di Lebanon ikut menekan harga. Duta besar AS untuk Lebanon pada hari Kamis menyerahkan rancangan usulan gencatan senjata kepada juru bicara parlemen Lebanon Nabih Berri.

Di hari yang sama, laporan dari Washington Post yang mengutip dari seorang pejabat Israel mengatakan bahwa Israel tengah bergerak menuju kesepakatan gencatan senjata di Lebanon. Ini sebagai bentuk hadiah kemenangan awal kebijakan luar negeri bagi presiden terpilih Donald Trump.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Kamis (14/11) Pagi

Sementara itu, pasukan militer Israel melancarkan serangan udara dari pinggiran kota Beirut dan benteng Hizbullah Dahiyeh ke Damaskus, kutip media pemerintah Suriah pada hari Kamis. 

Pasca serangan tersebut, juru bicara militer, Laksamana Muda Daniel Hagari menegaskan bahwa Israel akan menghentikan setiap upaya pengiriman senjata dari Suriah ke Hizbullah, dan menyerang semua infrastruktur di Suriah yang diidentifikasi sebagai lokasi memproduksi senjata bagi Hizbullah.

Dari sudut pandang teknis, Yoga melihat harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 71 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 66 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi