Pasokan berlimpah, CPO terkoreksi



JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit atawa crude palm oil (CPO) kembali terkoreksi. Pemicunya adalah spekulasi cadangan CPO di Malaysia, produsen terbesar kedua setelah Indonesia, akan meningkat seiring datangnya musim panen. Masalahnya, kenaikan suplai tidak diiringi peningkatan ekspor.

Kontrak harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange, kemarin (8/8), turun 1,51% menjadi RM 2.863 per ton ketimbang harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga kontrak CPO itu telah luruh 2,78% dari level RM 945,88 per ton.

Menurut survei Bloomberg terhadap empat analis dan sebuah perusahaan CPO, cadangan minyak sawit di Malaysia pada Juli 2012 meningkat 10% dari bulan sebelumnya, menjadi 1,87 juta ton. Sementara, ekspor CPO malah diprediksi turun 9,8% menjadi 1,38 juta ton. Malaysian Palm Oil Board akan merilis data itu secara resmi pada 10 Agustus 2012.


“Permintaan ekspor tidak terlalu baik. Itu yang membuat pasokan CPO menumpuk,” ujar Aurobinda Prasad, Research Head Karvy Comtrade Ltd kepada Bloomberg.

James Ratnam, analis komoditas di TA Securities Holdings Bhd., bilang, pemangkasan estimasi hasil panen kedelai oleh Departemen Pertanian AS bisa jadi sentimen positif untuk mengangkat harga CPO.

Secara teknikal, CPO menunjukkan tren pelemahan. Namun, indikator stochastic dan relative strength index (RSI) sudah berada pada titik jenuh jual. Dengan kata lain, ada peluang yang cukup besar, CPO akan berbalik arah atau rebound menuju kenaikan.

“Kalau CPO tidak jatuh ke level RM 2.838 per ton, maka ada potensi naik mendekati level RM 3.000 dalam sepekan,” ujar Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures.

Namun, Zulfirman menambahkan, pelaku pasar harus mewaspadai jika level itu ditembus, maka CPO bisa kembali ke level terendah sejak September 2011, yakni menuju RM 2.754 per ton. Menurut dia, level itu bisa saja tertembus dalam sebulan ini.

Pasalnya, ada kekhawatiran peningkatan persaingan di antara produsen CPO. Indonesia telah menurunkan pajak ekspor. Jika, kebijakan yang sama ditempuh produsen lainnya, harga bisa turun lebih dalam di tengah luapan suplai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini