KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia terus melonjak seiring aksi pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia. Hingga akhir tahun, minyak mentah dunia diprediksi bisa menembus level US$ 100 per barel. Analyst R&D Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Jonathan Octavianus mengatakan, lonjakan harga minyak karena adanya pengurangan pasokan sukarela yang lebih dalam oleh Arab Saudi dan Rusia selaku dua produsen minyak terbesar di dunia untuk sisa tahun 2023. Arab Saudi maupun Rusia telah memperpanjang pemotongan produksi 1,3 juta barel per hari secara sukarela hingga akhir tahun 2023, sehingga pasokan diperkirakan akan tetap terbatas untuk sementara waktu.
Di samping itu, sentimen penggerak harga minyak ialah laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun 2024. Di sepanjang tahun ini, permintaan minyak dunia sebesar 2,44 juta barel per hari. Baca Juga: Inflasi Tahun 2024 Mungkin Lebih Tinggi, Ini Penyebabnya “Melebarnya defisit pasokan akibat perpanjangan pengurangan produksi dari OPEC+ membawa kinerja minyak meningkat,” imbuh Jonathan kepada Kontan.co.id, Rabu (27/9). Walaupun demikian, Jonathan melihat, tidak menutup kemungkinan apabila pergerakan harga minyak bertemu dengan katalis negatif dapat memberikan tekanan pada harga. Katalis negatif mungkin datang dari pengetatan lanjutan kebijakan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini. Seperti diketahui, Federal Reserve alias The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada kisaran 5,25%-5,50% pada pertemuan September 2023. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang kemungkinan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.