Pasokan Ditahan BPOM, Ranch Market Meradang



JAKARTA. Gara-gara BPOM menyegel sejumlah produk impor yang dipasarkannya, Ranch Market harus rela ditinggalkan 20% pelanggan ekspatriatnya. Mereka rela berbelanja ke Singapura demi mendapatkan produk yang diinginkan.Produk-produk impor menghilang di pasaran lantaran pihak BPOM ketakutan produk impor mengandung bahan berbahaya.Tak pelak, langkah BPOM menuai protes luar biasa.Ranch Market sendiri mengelak jika disebut sebagai ritel modern yang hanya menjual produk asing semata. Karena, produk impor yang dipajangnya hanya sebesar 35% dari total produk.BPOM menyegel merek-merek ternama seperti sereal Kelogg's, produk Heinz, keju, mentega, makanan bayi Gerber, makanan kaleng S&W, dan beberapa snack. "Produk itu bukan barang aneh-aneh. Tetapi yang benar-benar dibutuhkan para ekspatriat," lanjut Nugroho Setiadharma, Presdir Ranch Market.BPOM sendiri, menurut Nugroho, bersikukuh bahwa barang-barang tersebut tidak mendapatkan nomor Makanan Luar (ML) yang harus dimintakan izinnya ke BPOM."Padahal sejak bertahun-tahun lalu kita teriak agar proses pengajuan ML itu diperingan, karena syaratnya sangat berat. Dan taruhannya adalah usaha kita," lanjut Nugroho.Menurut Nugroho, kelangkaan produk impor ini terjadi di semua gerai ritel modern. "Padahal, total barang impor di ritel modern itu tidak lebih dari 2,5%. Jadi tidak banyak dibanding produk lokal. Tetapi memang harus ada karena pasarnya juga ada," keluhnya.Nugroho juga bercerita, bahwa Duta Besar Perancis pernah mengeluh kepadanya sewaktu Ranch Market mengadakan pameran kuliner Perancis. menurut sang Duta Besar, impor makanan Indonesia ke Perancis empat kali lebih besar daripada ekspor makanan Perancis ke Indonesia.Juga ada keluhan dari pihak Amerika yang bilang bahwa produknya sulit menembus pasar Amerika. Padahal produk Indonesia seperti terasi, petai, dan jengkol saja tersedia di Ranch Market Amerika."Kami menganjurkan kepada BPOM untuk memilah produk-produk impor berdasarkan negaranya. Kalau produk Amerika, Jepang, Korea Australia kan punya standar lebih tinggi dibanding produk India dan China, kenapa tidak didahulukan saja? Atau diputihkan ML-nya," saran Nugroho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: