Pasokan dunia menipis, harga kakao lokal dihargai lebih tinggi US$ 260 per ton



JAKARTA. Harga kakao di bursa komoditi global terus melambung dalam sepekan terakhir. Di bursa New York Mercantile Exchange (NYME) misalnya, harga kakao untuk pengiriman Mei 2011 per tanggal 1 Maret kemarin telah menyentuh US$ 3.706 per metrik ton (MT). Ini memperkuat rekor harga kakao tertinggi dalam 32 tahun terakhir yang sebelumnya pecah pada awal pekan lalu di mana harga kakao menyentuh US$ 3.586/MT.Abah Ofon, analis Standard Chartered Plc seperti dikutip Bloomberg kemarin (1/3) memprediksi, harga kakao di kuartal ke empat tahun ini rata-rata bisa mencapai US$ 4.000 per MT. Ini lebih tinggi dari perkiraan Standard Chartered sebelumnya yang memprediksi harga kakao pada kuartal ke empat nanti secara rata-rata sebesar US$ 3.400/MT.Selain akibat terhambatnya pasokan seiring kondisi politik di Pantai Gading yang tidak menentu, faktor tingginya permintaan juga menjadi penyebab bakal terus terkereknya harga kakao dunia. Andreas Bokkenheuser, Direktur Penelitian Ekuitas (Komoditi Asia) UBS Securities Pte.Ltd menambahkan, kenaikan harga kakao ini hanya sentimen sementara yang dipicu krisis politik di Pantai Gading. "Saya yakin harga kakao akan kembali normal, seiring pulihnya kondisi politik di sana," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (1/3).Meski begitu, Andreas bilang, tingginya harga kakao seperti saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk bisa sedikit mengambil pasar yang selama ini dikuasai Pantai Gading. "Syaratnya, produksi dari Indonesia bisa bertambah," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (1/3).Dan benar saja, Zulhefi Sikumbang Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) bilang, sejak sebulan lalu kakao dari Indonesia mendapatkan harga lebih tinggi (premium) sebesar US$ 260 per ton dari pasar kakao. Pengenaan harga lebih tinggi itu terjadi karena adanya larangan ekspor kakao di Pantai Gading. Imbasnya, kakao Indonesia menjadi incaran dari industri produsen cokelat dunia. "Kakao di Malaysia juga dikenai harga lebih tinggi sebesar US$ 50 per ton," kata Zulhefi kepada KONTAN, hari ini (2/3).Produksi stagnanSayangnya, meski harga kakao terus naik, produksi nasional diprediksi akan tetap stagnan. Zulhefi mengatakan, produksi kakao tahun ini diprediksi tidak akan beranjak dari angka 800.000 ton, sama dengan realisasi produksi tahun lalu.Faktor adanya Bea Keluar (BK) ekspor kakao yang ditetapkan progresif juga menghambat peningkatan produksi. Harga kakao di tingkat petani saat ini adalah Rp 25.000/kg. Jika tidak ada BK, harganya bisa Rp 28.000/kg. "Akibatnya, petani kurang bergairah karena tidak mendapat stimulus tambahan dari kenaikan harga dunia," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini