Pasokan gas seret industri keramik menjerit



JAKARTA. Pasokan gas yang belum sesuai kebutuhan industri, membuat kapasitas produksi pabrik keramik belum sesuai harapan.

Achmad Widjaja, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) bilang, pasokan gas industri yang terbatas, membuat utilitas industri hanya mencapai 70%. "Kapasitas pabrik baru sampai 70%, karena gas tidak ada," kata Achmad pekan lalu.

Karena kapasitas produksi baru 70%, dia bilang pelaku industri keramik di dalam negeri harus menanggung potential loss cukup besar. Berdasarkan perhitungannya, tiap hari industri keramik menanggung potential loss sebesar Rp 50 miliar.


Achmad bilang, kapasitas terpasang industri keramik di dalam negeri saat ini baru mencapai 330 juta meter persegi tiap tahun. Bila pasokan gas untuk industri keramik terpenuhi, kapasitas produksi dalam seharusnya bisa mencapai 471 juta meter persegi per tahun.

Dengan kapasitas produksi saat ini, menobatkan Indonesia sebagai produsen nomor enam dunia. Posisi itu terancam melorot, karena industri keramik negara lain tumbuh lebih cepat, sementara di dalam negeri industri keramik kesulitan untuk tumbuh.

Vietnam misalnya, kini sudah menempati negara produsen keramik ketujuh dunia, dengan kapasitas produksi sebesar 243 juta meter persegi per tahun. Bukan tak mungkin, Vietnam menyusul Indonesia dalam hal produksi.

Kebutuhan gas untuk industri keramik mencapai 140 juta mmscfd. Sementara pasokan yang tersedia saat ini baru mencapai 80 mmscfd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri