Pasokan gas turun, biaya operasional PLTU Tanjung Priok dan Muara Karang naik



JAKARTA. Biaya operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Priok dan PLTU Muara Karang bakal membengkak. Penyebabnya karena pasokan gas ke kedua pembangkit listrik ini berkurang sehingga PLN harus menggunakan bahan bakar minyak.Kedua pembangkit ini memperoleh pasokan gas dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Perusahaan memasok gas sebesar 100 british thermal unit per hari (bbtud). Namun, produksi gas perusahaan ini akan menyusut sebesar 40 bbtud pada minggu kedua dan ketiga bulan ini akibat perbaikan fasilitas produksi.Direktur Energi Primer PT Perusahaan Listrik Negara Nur Pamudji menyatakan, setiap kehilangan 1 bbtud maka tambahan biaya sebesar US$20.000 per hari. "Jadi, bila kehilangan 40 bbtud, maka ada tambahan biaya sebesar US$ 800.000 per hari," ujar Pamudji kepada KONTAN, Kamis (6/10).PLN sudah mengetahui rencnanya penurunan pasokan gas dari PHE ONWJ tersebut. Namun, PLN tidak memiliki alternatif mencari pemasok lain. "Selama pemeliharaan berlangsung PLN belum punya alternatif, terpaksa berganti ke solar,"ujarnya.General Manajer PHE ONWJ Ignatius Tenny Wibowo mengatakan penurunan produksi ini sudah masuk dalam rencana kerja PHE sehingga sudah disampaikan kepada PLN jauh-jauh hari sebelumnya. Dia menjelaskan, penurunan produksi terjadi karena ada rekonfigurasi pada kompresor supaya kompresor lebih rendah sehingga produksi gas meningkat.Produksi gas PHE ONWJ juga bakal kembali menurun selama 10 hari pada pertengahan November nanti. Ketika itu, perusahaan gas ini akan memasang pipa bawah laut. Kapasitas produksinya diperkirakan menurun sebesar 90 bbtud. "Saat ini kami sedang mempersiapkan itu semua," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can