Pasokan gas untuk industri, pupuk dan listrik turun, ini kata SKK Migas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan 10 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terungkap adanya penurunan pasokan gas untuk industri, pupuk dan listrik, Kamis (16/5).

Setelah anggota komisi VII Ramson Siagian melontarkan pertanyaan terkait pasokan gas. Berdasarkan data SKK Migas per Maret 2019, kontrak penyaluran gas untuk kelistrikan sebesar 1.142,93 Billion British Thermal Unit (BBTUD) namun realisasinya baru mencapai 613,34 BBTUD.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar bilang penurunan pasokan gas terjadi akibat sejumlah kargo Liqufied Natural Gas (LNG) yang disiapkan tidak diserap secara penuh oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Pada Desember 2018 PLN masih menyepakati 17 kargo LNG namun pada Februari hanya 6 kargo," jelas Sukandar.  Di mana 11 kargo LNG yang tidak terserap oleh PLN direncanakan akan dijual oleh SKK Migas.

Senada, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko bilang Keputusan Menteri nomor 17 tahun 1990 menyebut soal ketersediaan gas untuk listrik di PLN sehingga disiapkan 17 kargo.

Namun pasca tidak terserapnya 11 kargo, SKK memutuskan untuk menjual kargo tersebut ke spot. Selain itu penggunaan gas pipa untuk pembangkit listrik lebih diutamakan ketimbang LNG.

"Pada 11 Mei sudah satu kargo yang lifting, tanggal 23 Mei kita harus lifting satu lagi," ujar Arief.

Lebih jauh Arief menyebut SKK Migas berusaha untuk mencari investasi yang menguntungkan dalam menjual kargo di spot pasar bebas.

Sementara itu menurut Sukandar tidaklah sulit untuk menjual 11 kargo di spot pasar bebas. "Untuk Pasar Asia saja dalam sehari ada 20 kargo LNG yang bid & over di pasar bebas," ungkap Sukandar.

Data SKK Migas sendiri mencatat hingga Maret 2019, realisasi penyaluran gas LNG untuk domestik mencapai 17,3 kargo dan untuk ekspor mencapai 35,9 kargo. Produksi ini berasal dari Kilang Bontang dan Kilang Tangguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto