KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) mendesak pemerintah melonggarkan kebijakan impor bahan baku. Pasalnya, pasokan ikan sarden di dalam negeri semakin terbatas dan mulai menekan kapasitas produksi industri pengalengan ikan nasional. Ketua Harian APIKI, Sadarma Suhaim Saragih, mengungkapkan bahwa keterbatasan pasokan ikan sarden lokal disebabkan oleh faktor cuaca serta pembatasan kuota impor bahan baku. Akibatnya, harga bahan baku ikan sarden di pasar lokal melonjak tajam. “Harga bahan baku ikan sarden di pasar lokal sudah naik dua kali lipat. Bahkan, hari ini di Jawa Timur sudah mencapai Rp 16.500 per kilogram,” ungkap Sadarma kepada Kontan, Rabu (29/10/2025).
Menurut Sadarma, kenaikan harga bahan baku tersebut berdampak signifikan terhadap kapasitas produksi dan harga jual produk ikan kaleng sarden di pasaran. Saat ini, industri pengalengan ikan hanya mampu beroperasi sekitar 40%-60% dari kapasitas maksimal.
Baca Juga: Utilisasi Produsen Kaleng Turun, Terdampak Lesunya Produksi Ikan Kaleng “Kelangkaan bahan baku membuat sebagian pabrik harus menurunkan volume produksi. Sementara di sisi lain, produsen juga tak bisa menaikkan harga terlalu tinggi karena daya beli masyarakat masih belum stabil,” jelasnya. Ia memperkirakan harga jual ikan kaleng sarden di pasaran dapat meningkat 10%-20%, namun margin keuntungan produsen justru tertekan karena kenaikan harga bahan baku tidak sepenuhnya bisa diteruskan ke konsumen. APIKI berharap pemerintah dapat memberikan jaminan pasokan bahan baku dengan memperbaiki sistem logistik industri hulu-hilir, menyederhanakan pembatasan kuota impor, serta mempercepat proses perizinan impor. Selain itu, asosiasi juga mendorong pemerintah untuk memberikan insentif fiskal dan nonfiskal agar pelaku industri tetap bisa berinvestasi dan menjaga daya saing di tengah biaya bahan baku yang meningkat. “Kebijakan dan dukungan dari pemerintah sangat penting agar industri pengalengan ikan mendapatkan kemudahan pengadaan bahan baku dan bahan penolong serta bisa memenuhi dan meningkatkan permintaan ekspor,” ujar Sadarma.
Baca Juga: Industri Pengalengan Ikan Tertekan Akibat Minimnya Pasokan Bahan Baku Dari sisi kinerja ekspor, tren permintaan ikan kaleng sarden Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif. Negara tujuan utama ekspor meliputi kawasan Afrika (Mozambik, Tanzania, Kongo), Timur Tengah, Asia, Eropa, dan Australia. “Pasar Afrika menunjukkan permintaan yang sangat besar dan terus berkembang dengan ekspor ikan kaleng Indonesia yang dikirim dalam jumlah besar ke berbagai negara Afrika,” jelas Sadarma. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor ikan sarden dalam kemasan pada 2024 mencapai 16.632 ton dengan nilai US$ 37,46 juta. Hingga Agustus 2025, ekspor sarden Indonesia sudah melonjak signifikan menjadi 24.133 ton dengan nilai US$ 63,23 juta.
Pertumbuhan ekspor tersebut menunjukkan potensi besar bagi industri pengalengan ikan nasional, meskipun saat ini masih menghadapi tantangan besar di sisi bahan baku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News