Pasokan jagung untuk pakan ternak semester I diklaim aman



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) mengklaim pasokan jagung untuk kebutuhan pakan ternak pada Semester I tahun sudah terpenuhi. Desianto Budi Utomo, Ketua Umum GPMT mengatakan, tahun ini kebutuhan jagung untuk pakan ternak sekitar 7 - 8 juta ton.

Meski tak memiliki data berapa besar jagung yang sudah terserap industri pakan ternak sampai saat ini, namun Desianto menyebutkan bahwa produksi jagung tahun ini lebih baik dibandingkan sebelumnya.

"Sampai Juni jagung sudah memenuhi gudang-gudang. Jadi Kebutuhan jagung sampai akhir Juni sudah terpenuhi, Kalau untuk semester 2 belum bisa dipastikan karena tanamnya baru sekitar Mei - Juni," ujar Desianto kepada Kontan.co.id, Senin (16/4).


Meski begitu, Desianto berharap kebutuhan jagung untuk industri pakan dapat terpenuhi tahun ini. Melihat perluasan areal tanam jagung meningkat.

Desianto mengakui, saat ini harga jagung dengan kadar air 15% di tingkat pabrik sekitar Rp 3.600 - Rp 3.800 per kg. Dia bilang, harga tersebut merupakan harga yang ideal, di mana harga ini tidak terlalu memberatkan pabrik namun sudah menguntungkan petani.

Dia pun berharap, harga jagung tidak melonjak terlalu tinggi ke depannya. "Harga memang tergantung teori supply dan demand. Kalau panen berakhir, mungkin harga akan meningkat, tetapi mudah-mudahan tidak signifikan, apalagi banyak sentra produksi jagung yang panen," kata Desianto.

Untuk kualitas jagung, Desianto mengatakan kadar air sangat mempengaruhi. Menurutnya, saat ini perlu dilakukan edukasi kepada petani supaya memanen jagung pada usia 120 hari ke atas, Dengan begitu, kondisi jagung akan lebih kering.

Menurutnya, apabila kondisi jagung yang dipanen sudah kering pohon, maka pemakaian dryer akan bisa diefisiensi sehingga antreannya pun tidak terlalu banyak.

Desianto berpendapat, dengan memanfaatkan teknologi dryer, kadar air jagung berkurang sekitar 5%. Apabila jagung petani masih memiliki kadar air 30%, maka menurutnya antrean jagung yang akan dikeringkan semakin panjang.

Desianto mengethui, saat ini tak semua pabrik memiliki alat pengering. Karena itu, biasanya pabrik-pabrik pakan ternak yang berada di Jabodetabek menerima jagung yang kadar airnya sekitar 15%. Sementara, tidak semua wilayah sentra produksi jagung memiliki pabrik pakan ternak.

"Misalnya di Sulawesi dan Gorontalo, di sana tidak ada pabrik pakan. Mereka harus mengirimkan ke Jawa. Padahal, jagung dengan kadar air 28% - 30% tidak bisa dikirimkan. Jagung yang ditransportasikan, kadar airnya tidak boleh lebih dari 15%," terang Desianto.

Karena itu, Desianto pun meminta supaya pemerintah memberikan fasilitas dryer kepada petani sehingga dapat menghasilkan jagung dengan kualitas lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto