KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga tembaga dunia melejit. Harga tembaga mendekati angka US$ 12.000 per metrik ton karena ekspektasi peningkatan permintaan dari pusat data yang mendukung kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Ditambah pasokan tembaga yang ketat bertabrakan dengan kekurangan di luar Amerika Serikat (AS). Dihargai karena konduktivitas listriknya yang luar biasa, kabel tembaga sangat penting dalam jaringan listrik yang memasok pusat data, kendaraan listrik, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk transisi energi. Harga tembaga sudah melambung 35% sepanjang tahun ini dan menuju kenaikan terbesar sejak 2009, karena gangguan penambangan dan penimbunan di AS. Jumat (12/12/12), harga tembaga menyentuh US$ 11.952 per ton.
"Investor yang menginginkan portofolio luas kepentingan AI juga akan membeli produk keuangan yang mencakup aset fisik yang mendukung pusat data. Investor akan membeli aset terkait tembaga seperti ETF," kata analis Benchmark Mineral Intelligence Daan de Jonge seperti dikutip
Reuters.
Baca Juga: Harga Tembaga Cetak Rekor Baru Senin (8/12), di Tengah Kekhawatiran Pasokan Sprott Asset Management Kanada meluncurkan dana tembaga yang diperdagangkan di bursa (ETF) pertama di dunia yang didukung secara fisik pada pertengahan 2024. Dana tersebut, yang memegang hampir 10.000 ton tembaga fisik, telah melonjak hampir 46% tahun ini menjadi hampir 14 dolar Kanada per unit. Survei
Reuters baru-baru ini terhadap perkiraan analis menunjukkan pasar tembaga akan mengalami defisit 124.000 ton tahun ini dan 150.000 ton tahun depan. Pertumbuhan permintaan tembaga didorong oleh investasi miliaran dolar di seluruh dunia untuk memodernisasi dan memperluas jaringan listrik. Pusat data dan energi bersih membutuhkan listrik dalam jumlah besar. Transisi energi, yang mencakup teknologi energi terbarukan seperti angin dan matahari, juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan tembaga. Macquarie memperkirakan permintaan tembaga global sebesar 27 juta ton tahun ini, naik 2,7% dari tahun 2024, dengan permintaan di Tiongkok, konsumen logam utama, meningkat 3,7%. Mereka memperkirakan pertumbuhan permintaan global di luar Tiongkok sebesar 3% tahun depan. "Sentimen bullish didorong oleh narasi seputar pasokan yang ketat, didukung oleh arus berita makro," kata analis Macquarie, Alice Fox. Magnet bagi Trader Gangguan pasokan termasuk kecelakaan di tambang Grasberg milik Freeport McMoRan di Indonesia pada bulan September 2025, sementara perusahaan pertambangan seperti Glencore telah memangkas proyeksi produksi untuk tahun 2026, memperkuat ekspektasi pasokan yang ketat. Jumlah total tembaga yang disimpan di gudang bursa – London Metal Exchange, Comex yang berbasis di AS, dan Shanghai Futures Exchange – telah meningkat 54% sepanjang tahun ini menjadi 661.021 ton.
Baca Juga: Harga Tembaga Sentuh Rekor US$11.705 Jumat (5/12): Proyeksi Citi & Dampak The Fed Para pedagang telah mengirimkan tembaga ke Amerika Serikat sejak Maret karena harga yang lebih tinggi di Comex menjelang rencana tarif impor Presiden AS Donald Trump. Harga yang lebih tinggi diperlukan untuk menutupi tarif impor tersebut. Stok di Comex mencapai rekor tertinggi 405.782 ton, setara dengan 61% dari total stok bursa dibandingkan dengan 20% pada awal tahun 2025.
"Rasanya sangat ketat karena semua material ini akan dikirim ke AS," kata de Jonge dari BMI. Tembaga olahan diberikan pengecualian dari tarif impor 50% yang mulai berlaku pada 1 Agustus, tetapi bea masuk AS untuk logam tersebut masih dalam peninjauan dengan pembaruan yang dijadwalkan pada bulan Juni.