JAKARTA. Para peternak ayam harus bersiap menelan pil pahit. Harga ayam pedaging jatuh. Di tingkat peternak akhir pekan lalu, harga ayam hidup berbobot 1,4 kg-1,6 kg hanya Rp 11.000 per kg. Padahal awal pekan lalu, Pusat Informasi Pasar Unggas (Pinsar) mencatat, harganya masih Rp 15.700 per kg. Ketua Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Tri Hardianto mengatakan, harga turun karena banjirnya pasokan ayam dan produksi bibit ayam alias day old chick (DOC). Ia memprediksi harga akan terus turun hingga Januari 2012 karena pola produksi yang belum tertata. Meski begitu, ia masih berharap harga ayam tak turun lebih jauh dan kembali menguat mendekati Idul Adha di awal November nanti. "Bulan ini bisa bertahan di Rp 11.000 per kg saja sudah bagus," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Jumat (15/10).
Setelahnya, masa low season akan terjadi pada Desember sampai Januari. "Bisa-bisa harga protein per gram dari ayam di bawah harga tahu dan tempe," keluh Tri. Ketika produksi sedang berlimpah, harga ayam bisa makin terempas dengan rendahnya penyerapan ayam oleh industri hilir pengolahan daging ayam. Menurut Tri, industri pengolahan baru menyerap 20% dari produksi nasional, sementara 80% masih dikonsumsi langsung. Ia mengakui industri hilir di Indonesia masih belum berkembang sehingga belum bisa memaksimalkan potensi nilai tambah daging ayam. Soal ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan), Prabowo Respatyo Caturroso, mengibaratkan masalah perunggasan, khususnya telur dan ayam broiler, seperti spiral yang makin membesar. Karena untung, para peternak menambah investasinya. Dampaknya, pasokan ayam jadi lebih besar dari permintaannya. Begitu merugi, pelaku saling tuding. "Tapi setelah keadaannya membaik lagi, investasi ditambah lagi. Terjadi siklus yang berulang kali," kata dia. Benahi tata produksi Untuk kondisi sekarang, Prabowo berkata sudah memprediksi akan terjadi pasokan akan berlebihan. Namun, ia melihat sebetulnya yang terjadi adalah permintaan yang kurang. Ini lantaran rata-rata konsumsi ayam & telur di Indonesia masih amat rendah. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian(P2HP Kemtan) Zaenal Bachrudin mengakui, pemerintah masih harus membenahi tata produksi dan tata niaga unggas. Ia bilang dalam jangka pendek, pemerintah memberikan bantuan dana kepada gabungan kelompok tani (gapoktan). Gapoktan akan menggunakan dana itu untuk membeli produksi petani ketika harga jatuh di bawah harga minimum pembelian. Harga minimum pembelian itu sendiri ditentukan oleh pemerintah daerah masing-masing. Namun, kebijakan bantuan dana tersebut baru berlaku dalam skala kecil karena keterbatasan anggaran Kemtan. "Untuk unggas ini baru di daerah Tasik atau Ciamis," ujar Zaenal ketika dihubungi, Minggu (16/10).
Dalam jangka panjang, Zainal mengatakan pemerintah ingin mendorong para peternak agar lebih berorientasi bisnis. Untuk itu, peternak perlu meningkatkan efisiensi usaha mereka. Misalnya dengan mengurangi ketergantungan terhadap pakan dan suplemen impor dan impor induk untuk bibit ayam. Dengan menekan biaya produksi, maka para peternak ayam ini bisa meningkatkan daya saing mereka. Prabowo menambahkan, pembibit harus mengatur produksi bibit ayam DOC. Jika produksi DOC di hari besar/Lebaran sekitar 38 juta-40 juta per minggu, untuk hari biasa harus menjadi kurang dari 30 juta per minggu. "Pelanggar akan ditindak tegas, misalnya tidak diberi izin masuk bibit," imbuhnya. Kemtan juga berniat menjalin kerjasama dengan investor, misalnya dengan memberi insentif jika mereka membangun rumah potong ayam dengan cold storage. Selain itu, Kemtan akan melanjutkan lagi Gerakan Kampanye Makan Ayam dan Telur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini