Pasokan menurun, harga timah bakal menanjak



JAKARTA. Harga timah meredup dibayangi oleh tingginya pasokan. Namun, harga komoditas industri ini memiliki peluang naik tahun ini, seiring pemangkasan produksi di Indonesia.

Mengutip Bloomberg pada Kamis (19/5), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 1,6% ke US$ 16.510 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Sepekan, harga timah terkikis 1%.

Analis PT Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto mengatakan, tingginya stok timah di LME yang mencapai 6.425 ton bakal menggerus harga dalam jangka pendek. Apalagi, ekspor timah Indonesia bulan April naik menjadi 6.911 ton setelah pada kuartal I turun 50% ke 9.710 ton.


"Naiknya ekspor Indonesia menandakan ada tambahan supply ke pasar global," papar Andri.

Namun, pengaruh kenaikan pasokan timah hanya sementara. Pasalnya, ada harapan pasokan berkurang akibat penurunan produksi Indonesia sebagai eksportir timah terbesar di dunia.

PT Timah yang menyumbang setengah dari total produksi memperkirakan, produksi tahun ini jatuh ke 60.000 metrik ton dibandingkan 67.350 di tahun 2015. Angka tersebut juga menjadi level terendah sejak tahun 2002, berdasarkan data World Bureau of Metal Statistics.

Pemerintah Indonesia telah memberlakukan berbagai pembatasan untuk industri timah, termasuk pembatasan produksi dan penjualan ke luar negeri, memperketat perpajakan dan standar kualitas, hingga mewajibkan perdagangan timah di bursa lokal. Masalah lingkungan telah memakan korban.

Februari lalu, smelter terbesar kedua, PT Refined Bangka Ton menghentikan operasi karena alasan lingkungan. Sedangkan PT Timah menghentikan penambangan lepas pantai di Januari setelah mendapat keluhan dari nelayan lokal.

Menurut Andri, timah akan bergerak dalam tren positif. Namun, kenaikan harga sedikit tertahan lantaran penguatan dollar AS di tengah mencuatnya kembali isu kenaikan suku bunga The Fed. "Tetapi dalam komoditas, faktor demand dan supply lebih berpengaruh ke harga," imbuhnya.

Transaksi timah di bursa komoditas Shanghai menunjukkan kenaikan pada bulan April. Impor timah China pada kuartal pertama tahun ini sebesar 2.400 ton naik dari kuartal sebelumnya 1.600 ton. Andri memprediksi harga timah pada semester I menyentuh US$ 17.900 dan melaju ke US$ 18.800 per metrik ton di akhir tahun.

Secara teknikal, harga bergerak di atas moving average (MA) 50 menunjukkan potensi kenaikan jangka menengah meski di bawah MA100 dan MA200. Tren penguatan didukung oleh MACD. Lalu, RSI bergerak netral di level 50. Stochastic sudah mencapai area overbought. Sepekan ke depan, Andri memprediksi harga timah akan menguat dan bergerak di US$ 16.400 - US$ 16.800 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie