JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) diprediksi bakal positif di pekan ini. Proyeksi berkurangnya pasokan dari Indonesia dan Malaysia menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO. Berdasarkan Bloomberg, Senin (16/2) pukul 16.30 WIB, harga CPO pengiriman April 2015 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 1,18% ke level RM 2.312 per metrik ton. Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Fortis Asia Futures mengatakan, kenaikan (rebound) CPO disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari Indonesia dan Malaysia. Survei yang dilakukan Bloomberg menunjukkan produksi CPO per Januari di Indonesia kemungkinan bakal turun 7,2% menjadi 1,92 juta metrik ton. Penurunan produksi ini disebabkan oleh tingginya curah hujan yang menghambat aktivitas produksi Indonesia sebagai negara eksportir CPO terbesar dunia. Berkurangnya pasokan dari Indonesia tentu menjadi sentimen yang mendorong rebound harga CPO. Terlebih, produksi Malaysia yang merupakan eksportir kedua terbesar dunia juga terus turun sejak September tahun lalu. Berkurangnya pasokan ini ternyata tidak berbanding lurus dengan permintaan. "Permintaan dari Asia diperkirakan akan tetap tinggi terutama untuk kebutuhan bahan baku CPO," kata Deddy, Senin (16/2).
Pasokan minim, harga CPO rebound
JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) diprediksi bakal positif di pekan ini. Proyeksi berkurangnya pasokan dari Indonesia dan Malaysia menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO. Berdasarkan Bloomberg, Senin (16/2) pukul 16.30 WIB, harga CPO pengiriman April 2015 di Bursa Derivatif Malaysia menguat 1,18% ke level RM 2.312 per metrik ton. Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Fortis Asia Futures mengatakan, kenaikan (rebound) CPO disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari Indonesia dan Malaysia. Survei yang dilakukan Bloomberg menunjukkan produksi CPO per Januari di Indonesia kemungkinan bakal turun 7,2% menjadi 1,92 juta metrik ton. Penurunan produksi ini disebabkan oleh tingginya curah hujan yang menghambat aktivitas produksi Indonesia sebagai negara eksportir CPO terbesar dunia. Berkurangnya pasokan dari Indonesia tentu menjadi sentimen yang mendorong rebound harga CPO. Terlebih, produksi Malaysia yang merupakan eksportir kedua terbesar dunia juga terus turun sejak September tahun lalu. Berkurangnya pasokan ini ternyata tidak berbanding lurus dengan permintaan. "Permintaan dari Asia diperkirakan akan tetap tinggi terutama untuk kebutuhan bahan baku CPO," kata Deddy, Senin (16/2).