JAKARTA. Harga minyak tetap bergerak pada level rendah. Tekanan harga minyak terus berlanjut seiring dengan adanya kelebihan pasokan. Mengutip Bloomberg, Jumat (18/9) pukul 16.15 WIB, harga minyak kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa New York Merchantile Exchange turun 0,8% ke level US$ 46,52 per barel. Di saat harga minyak turun, negara Uganda justru terus mengembangkan penemuan tambang minyak mentah.
Produsen minyak di Uganda termasuk Tullow Oil Plc akan mengembangkan jutaan barel tambang serta saluran minyak di sepanjang timur Afrika. Tullow telah menemukan 1,7 miliar barel tambang minyak di Uganda dan 600 juta barel di Kenya. Ketika tambang tersebut selesai dikembangkan dan siap produksi, harga minyak diharapkan sudah membaik. Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, Deddy Yusuf Siregar mengatakan, selama produsen minyak terus meningkatkan produksinya, harga minyak akan terus turun. Soalnya, pasokan yang melimpah menjadi beban berat bagi pergerakan harga minyak. Harga minyak telah jatuh sejak tahun lalu ketika negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC mengikuti strategi Arab Saudi mempertahankan pangsa pasar terhadap pesaing seperti AS. Namun demikian, baik OPEC maupun International Energy Agency mengharapkan adanya perlambatan persediaan minyak global akibat rendahnya harga. Berdasarkan laporan internal yang diperoleh Bloomberg, produksi dari negara di luar OPEC diperkirakan naik 58,2 juta barel per hari pada tahun 2017 atau 1 juta barel lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. OPEC berharap ada sedikit stimulus pada permintaan global dalam jangka menengah yang disebabkan oleh turunnya harga, dengan konsumsi harian yang tumbuh sekitar 1 juta barel per tahun menjadi 97,4 juta barel di tahun 2020. Sementara permintaan China, Rusia, dan anggota OPEC diperkirakan tumbuh lebih lambat dari perkiraan tahun lalu. Melihat kondisi global saat ini, Goldman Sachs Group memperkirakan kelebihan pasokan akan membuat harga minyak berada di level rendah selama 15 tahun ke depan. Goldman bahkan memprediksi harga minyak akan mencapai level US$ 20 per barel tahun 2016. Jeffrey Currie, Kepala Riset Komoditas di Goldman menyatakan, kemungkinan harga minyak menyentuh level US$ 20 per barel kurang dari 50%, apalagi jika kilang minyak ditutup pada bulan Maret atau Oktober untuk pemeliharaan.
"Proyeksi Goldman untuk harga minyak dalam jangka panjang di US$ 50 per barel," ujarnya, seperti dikutip Bloomberg. Menurut Deddy, proyeksi penurunan harga minyak hingga di US$ 20 per dollar terlalu ekstrim. "Kecuali jika ada hal atau kejadian di luar perkiraan," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto