Pasokan seret, harga kopi kian pekat



JAKARTA. Harga kopi internasional kian pekat. Berdasarkan data Bloomberg, harga kopi robusta pengiriman Juli 2011 di Bursa NYSE Liffe London pada hari Rabu (27/4) menyentuh US$ 2.536 per metrik ton (MT), naik 8,28% dari awal April kemarin yang masih di level US$ 2.389 per MT.Harga kopi arabica juga tidak jauh berbeda dengan robusta. Harga kopi arabica pengiriman Mei 2011 di Bursa Tokyo (TGE) pada hari ini (28/4) sebesar ¥ 39.500 per karung atau US$ 482,53 per karung, naik 16,66% dari harga awal April yang senilai ¥ 34.8100 per karung atau US$ 413,62 per karung. Kenaikan ini membuat harga kopi menembus rekor tertinggi dalam 14 tahun terakhir.Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Rachim Kaitabrata, menjelaskan kenaikan harga ini disebabkan oleh seretnya pasokan dari berbagai negara produsen terutama dari Brazil, Kolombia dan Vietnam. Negara-negara tersebut dilanda cuaca buruk sejak akhir tahun lalu. Cuaca di Kolombia dan Vietnam terlalu panas.Produksi di Brazil sebagai produsen dan eksportir kopi nomor satu di dunia juga terhambat faktor cuaca. Beberapa minggu lalu, Brazil dilanda hujan es yang besar sehingga merontokkan pohon kopi di sana. "Akibatnya, banyak perkebunan kopi di sana yang gagal panen," jelasnya kepada KONTAN, Kamis (28/4).Pada sisi lain, permintaan kopi dunia terutama dari negara-negara Eropa seperti Denmark, Prancis dan Jerman terus meningkat. Ketua Forum Kopi Sumatera Utara, Sabam Malau, mengatakan tingkat konsumsi kopi di sana terus meningkat dari tahun ke tahun. Penyebabnya, citra kopi sudah meningkat menjadi minuman kelas atas di kalangan masyarakat Eropa. Misalnya saja, masyarakat di sana sudah menjadikan kopi sebagai pengganti minuman beralkohol dalam acara perjamuan. "Kopi juga sudah menjadi simbol persahabatan masyarakat di sana," jelasnya kepada KONTAN.Timpangnya permintaan dunia dengan pasokan inilah yang membuat harga kopi terus terkerek naik. Terlebih, kekhawatiran akan seretnya ketersediaan kopi global kian mengemuka seiring mandeknya produksi kopi di berbagai negara produsen. "Persediaan menjadi terbatas, sehingga harga akan terkerek naik," ujar Rodrigo Costa, Wakil Presiden Penjualan Institusional, broker New edge USA LLC, seperti dikutip Bloomberg pekan lalu.Harga petani tetap rendahSayangnya, tingginya harga kopi internasional tidak lantas mengerek harga di tingkat petani lokal. Sabam bilang, harga kopi arabica yang diterima petani lokal tetap di kisaran Rp 20.000-Rp 24.000 per kilogram (kg). Harga ini masih jauh dari ideal karena biaya produksi yang dikeluarkan petani sebesar Rp 15.000-Rp 25.000/kg. "Kesejahteraan petani buruk, mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari," keluh Sabam.Sabam bilang, rendahnya harga kopi di tingkat petani sudah mulai menimbulkan masalah lain yang lebih gawat. Petani tidak bisa meremajakan pohon kopinya. Mereka juga tidak mampu membeli pupuk organik untuk tanamannya karena tidak mempunyai simpanan sama sekali dari hasil menanam kopi.Banyak petani kopi di beberapa daerah juga yang mulai beralih ke tanaman lain untuk menyambung hidupnya. Mereka mulai frustrasi karena tidak mendapat untung setimpal dari menanam kopi. Mereka lebih memilih menanam kelapa sawit dan karet yang lebih menjanjikan untung besar. "Daripada terus rugi, lebih baik beralih saja," kata Sabam.Menurutnya, petani hanya berharap pemerintah bisa membuat terobosan dalam tata niaga kopi nasional yang lebih berpihak pada petani. Misalnya, petani meminta pemerintah untuk membuat tempat lelang kopi di tingkat kecamatan. Dengan ini, mekanisme penentuan harga kopi bisa menjadi lebih adil dan transparan. Petani bisa mendapat harga yang lebih tinggi dari mekanisme lelang.Menurut Sabam, strategi seperti itu harus dilakukan demi menjaga keberlangsungan kopi nasional. Maklum saja, karena faktor cuaca saja, produksi kopi nasional di tahun ini bisa turun 20% dari produksi tahun lalu. "Kalau ditambah persoalan lain seperti petani yang enggan menanam kopi, produksi kita bisa habis," tandas Sabam. Catatan saja, produksi kopi Indonesia tahun 2010 sebanyak 570.000 ton, turun 16,52% dibanding tahun 2009 yang sebanyak 683.000 ton. Tahun ini, Sabam memprediksi produksi kopi nasional bisa turun 15%-20% menjadi 456.000-484.500 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini