Pasokan seret, kredit valas Bank Mandiri meleset



JAKARTA. Penyaluran kredit valuta asing (valas) di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tahun ini bakal meleset dari target awal. Jika semula bank berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berharap penyaluran kredit valas bisa tumbuh 10%, namun pada kenyataannya Mandiri hanya mencatat pertumbuhan sebesar 8%.

Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengaku, perlambatan tersebut bukan semata karena permintaan kredit menurun. “Melainkan kami sangat selektif atau hati-hati dalam menyalurkan kredit. Hanya mereka yang memiliki aktivitas produksi saja yang lolos mendapat kredit dari kami,” papar Zulkifli, Rabu (12/12).

Selain itu, Bank Mandiri juga hanya memberikan kredit tersebut pada perusahaan yang hanya memiliki pendapatan dalam bentuk dollar.


“Jangka waktu investasi juga menjadi pertimbangan utama. Jangan sampai pinjamannya jangka pendek ternyata itu untuk investasi jangka panjang,” jelasnya.

Selain itu juga dilihat dari jangka investasinya. Jangan sampai pinjamannya jangka pendek tapi untuk pembiayaan investasi jangka panjang," jelas di Jakarta, Rabu (12/12).

Zulkifli juga tak memungkiri, likuiditas valas di Mandiri lumayan seret. Sebagai gambaran, per September, DPK valas Mandiri US$ 6,5 miliar dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 75%.

Masukkan trustee dalam RBB

Menurut Zulkifli selama ini banyak eksportir yang mengeluh karena perbankan Indonesia memiliki keterbatasan dalam penyaluran kredit valas. Hal ini sebenarnya terjadi karena sumber valas tidak banyak, mengingat hanya sebagian kecil saja eksportir Indonesia yang menaruh devisa hasil ekspor (DHE) di bank lokal.

Oleh sebab itu, untuk menggenjot penerimaan valas, bank berkode saham BMRI ini mencantumkan bisnis trustee atau pengelolaan devisa hasil ekspor (DHE) dalam rencana bisnis bank (RBB) 2013.

"Karena itu peraturan mengenai DHE perlu diberlakukan supaya uangnya (valas) dapat masuk. Kalau perlu diberlakukan seperti di Malaysia yang DHE-nya harus masuk dalam enam bulan atau di Thailand yang peraturannya lebih ketat karena mengharuskan konversi DHE menjadi Bath," jelasnya.

Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia ini pun sangat berharap dengan adanya aturan trustee, DHE yang masuk akan jauh lebih besar, terutama di sektor Migas.

"Dulu mereka (eksportir sektor Migas) tidak memasukkan DHE karena di Indonesia tidak ada trustee, dan sekarang sudah ada. Kalau DHE masuk, maka dapat meningkatkan DPK valas dan dengan sendirinya kredit valas pun akan meningkat," pungkasnya.

Meski sudah yakin target yang dipatok tak tercapai, Bank Mandiri tidak melakukan revisi target. Namun Zulkifli berharap, tahun depan penyaluran kredit valas ini akan meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: