JAKARTA. Seretnya pasokan kakao di tengah permintaan biji kakao yang makin tinggi membuat para eksportir kakao domestik menikmat harga kakao premium. Permintaan yang tinggi itu salah satunya dikontribusi banyaknya investasi baru di sektor pengolahan kakao. Sayangnya, peningkatan investasi di sektor hilir itu tidak diimbangi dengan investasi sektor hulu. Akibatnya, produksi kakao tidak bisa memenuhi keseluruhan permintaan.Produsen kakao mendapat potongan instrumen seperti biaya keuntungan pengimpor, bea keluar, asuransi, dan biaya transportasi. Apabila ditotal, kira-kira potongan instrumen hanya sekitar US$ 100 per ton."Jika pada produksi normal dan permintaan stabil, harga biji kakao bisa kena potongan instrumen sampai US$ 300 per ton," ungkap Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Firman Bakri, di sela seminar pengamanan pasar domestik, Kamis (22/12). Itu artinya, potongan instrumen yang kian tipis membuat keuntungan eksportir makin tinggi.Sebenarnya, pada awal 2011, kakao memegang penawaran harga jual yang tinggi. Harga kakao meningkat akibat konflik di Pantai Gading yang membaut suplai dari produsen kakao terbesar di dunia ini seret.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pasokan seret, produsen kakao nikmati harga ekspor premium
JAKARTA. Seretnya pasokan kakao di tengah permintaan biji kakao yang makin tinggi membuat para eksportir kakao domestik menikmat harga kakao premium. Permintaan yang tinggi itu salah satunya dikontribusi banyaknya investasi baru di sektor pengolahan kakao. Sayangnya, peningkatan investasi di sektor hilir itu tidak diimbangi dengan investasi sektor hulu. Akibatnya, produksi kakao tidak bisa memenuhi keseluruhan permintaan.Produsen kakao mendapat potongan instrumen seperti biaya keuntungan pengimpor, bea keluar, asuransi, dan biaya transportasi. Apabila ditotal, kira-kira potongan instrumen hanya sekitar US$ 100 per ton."Jika pada produksi normal dan permintaan stabil, harga biji kakao bisa kena potongan instrumen sampai US$ 300 per ton," ungkap Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Firman Bakri, di sela seminar pengamanan pasar domestik, Kamis (22/12). Itu artinya, potongan instrumen yang kian tipis membuat keuntungan eksportir makin tinggi.Sebenarnya, pada awal 2011, kakao memegang penawaran harga jual yang tinggi. Harga kakao meningkat akibat konflik di Pantai Gading yang membaut suplai dari produsen kakao terbesar di dunia ini seret.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News