Patin melimpah membuat bisnis melaju (2)



Berdiri sejak tahun 2012, sentra olahan ikan patin di Desa Koto Masjid, Kabupaten Kampar, Riau mampu mengolah puluhan ton ikan patin segar dalam sekali produksi.

Bahan baku ikan segar sebanyak itu mereka peroleh dari para pebudidaya di sekitar Desa Koto Masjid dan Pulau Gadang. “Setiap rumah di desa ini punya tambak patin, minimal satu," kata Herman, Herman, staf UPTD Dinas Perikanan Kampar.

Menurut Herman, sampai sejauh ini tidak ada masalah dengan pasokan ikan. "Justru sentra ini didirikan karena pasokan patinnya memang melimpah," ujar Herman.


Karena produksi yang melimpah, mereka kesulitan melempar ikan patin hasil budidayanya ke pasar. Akhirnya muncul gagasan mengolah patin menjadi ikan asap. Untuk mendapatkan hasil maksimal mereka lalu berinisiatif membentuk sentra olahan patin.

Pembentukan sentra olahan patin ini difasilitasi oleh dinas perikanan setempat. Selain memberikan bimbingan dan pelatihan, dinas perikanan juga memberikan bantuan peralatan.

Sebelum menjadi terpusat seperti sekarang, para produsen mengolah patin di rumah masing-masing dengan alat sederhana. Namun, setelah adanya sentra olahan patin ini mereka harus mengolah di tempat fasilitas produksi yang sudah disediakan oleh dinas perikanan.

Semua peralatan mulai dari pisau hingga tungku untuk mengasapi disediakan oleh dinas perikanan. "Tapi jika peralatan kecil seperti pisau rusak, mereka bisa menggantinya sendiri," ujar Herman.

Sentra olahan patin ini juga berfungsi sebagai tempat pemasaran produk jadi. Pemasaran juga tetap dibantu oleh dinas perikanan.  “Setelah semua produk jadi mereka serahkan ke kami, nanti kami distribusikan atau ada yang ngambil ke sini,” terang Herman.

Hingga saat ini, sentra salai patin ini diramaikan 10 kelompok usaha. Damai, salah seorang karyawan Kelompok Alex yang memproduksi salai patin menjelaskan, proses pengolahan salai patin cukup sederhana. Setelah dibersihkan dan kotorannya dikeluarkan, dilakukan pengasapan hingga kering.

Proses pengeringan dengan asap memakan waktu cukup lama, sekitar tiga hari dan itupun tergantung cuaca. “Kalau cuaca panas bisa lebih cepat, kalau pas hujan yang susah, bisa lebih lama karena lembab,” terang Damai yang sudah lima tahun bekerja sebagai pengasap patin.

Proses pengolahan salai dimulai pukul 7 pagi hingga pukul 10 malam. Aktivitas produksi dilakukan di hari Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. Sementara hari lain seperti Selasa dan Sabtu untuk pemasaran. "Senin kami libur," kata Damai.

Tiap-tiap kelompok usaha memiliki sekitar delapan karyawan. Tugas mereka dibagi dalam dua kelompok besar. Kaum wanita atau ibu-ibu bertugas membersihkan ikan, sementara kaum prianya bertugas melakukan pengasapan.

Distribusi salai ikan patin produk Desa Koto Masjid ini sudah menyebar hampir ke hampir seluruh Sumatera, seperti Batam, Aceh, Lampung, dan Padang. Bahkan, ada juga yang dibawa hingga ke Malaysia.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Roy Franedya