KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina tampaknya masih menimbang patner strategis dalam mengelola Blok Rokan. Nantinya Pertamina akan menjual di bawah 40% saham plus 10% saham ke BUMD. Pasalnya memang Pertamina akan tetap memiliki saham mayoritas di blok minyak yang menopang 24% produksi minyak nasional. Persaingan menjadi patner di Blok Rokan memang sengit. Maklum, menurut data Kementerian Keuangan aset Blok Rokan mencapai Rp 98 triliun. Secara rinci, nilai aset Blok Rokan terdiri dari tanah senilai Rp 71,74 miliar. Kemudian, harta benda inventaris senilai Rp 15,94 miliar, harta benda modal senilai Rp 96,08 triliun, dan material persediaan senilai Rp 1,6 triliun. Nantinya, jika patner ingin membeli 40% saham Blok Rokan tentu harus menyediakan dana Rp 30 triliun.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengungkapkan proses pencarian mitra dilakukan secara transparan dan harus melibatkan DPR demi menjamin pelaksanaan pengawasan. Selain itu, mitra yang digandeng Pertamina nantinya diharapkan bisa meningkatkan nilai investasi di Blok Rokan. Bahkan, Eddy mengharapkan mitra yang digandeng pun merupakan investor dalam negeri. "Kami berharap proses dilaksanakan dengan investor anak bangsa supaya Blok Rokan sepenuhnya dikuasai pelaku usaha dalam negeri, itu yang jadi perhatian kita," kata Eddy kepada Kontan.co.id, Jumat (30/7). Namun, Eddy memastikan fokus saat ini yakni merampungkan proses alih kelola sebelum melanjutkan diskusi pada upaya peningkatan produksi, penambahan kegiatan pengebroan dan kelanjutan divestasi Blok Rokan. Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran Yayan Satyaki mengungkapkan kebutuhan pelaksanaan Enchanced Oil Recovery (EOR) di Blok ROkan berpotensi menekan
cashflow Pertamina. Terlebih pada situasi pandemi covid-19 yang menekan profit, maka kehadiran mitra diharapkan mampu mengatasi persoalan tersebut. "Tetapi, dengan kondisi pasar yang masih lemah dan
cashflow dari pertamina yang berdampak pada profit, perlu untuk mempertimbangkan bagi pertamina mitra yang memang langsung menjamin market sustainability," kata Yayan kepada Kontan, Jumat (30/7). Sementara itu, Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan perlu atau tidaknya mitra menjadi pertimbangan dan kalkulasi Pertamina. Namun, jika memang membutuhkan mitra maka ada sejumlah hal yang setidaknya mampu dipenuhi calon mitra tersebut. "Jika memerlukan, idealnya tentu partner yang dapat memperkuat aspek finansial, teknis dan kompeten pengalaman dibidang EOR skala lapangan," jelas Pri. Seperti diketahui, Pertamina merencanakan upaya development secara masif dan agresif memang ditargetkan Pertamina untuk dapat meningkatkan produksi Blok Rokan. Selain itu, PHR berencana memonetisasi potensi low quality reservoir Telisa. Jaffee mengakui pelaksanaan Chemical Enchanced Oil Recovery (EOR) di sumur Telisa juga bakal membutuhkan dana tambahan. Untuk itu, sejumlah kriteria ini jadi syarat dalam pencarian mitra yang baru.
Head Center of Food, Energy and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengungkapkan pencarian mitra sebaiknya berfokus pada mitra yang punya pengalaman dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi. Dengan kebutuhan pengalaman dibidang migas, maka mitra internasional dinilai paling memungkinkan. Tak hanya itu, kriteria lain yang diharapkan jadi fokus Pertamina yakni mitra yang punya teknologi mengingat umur Blok Rokan yang sudah tergolong mature. "Mitra yang punya teknologi yang relevan dan kalau bisa lebih maju dari Pertamina sehingga ada transfer of knowledge," jelas Abra, Jumat (30/7). Abra melanjutkan, pencarian mitra ini bahkan diharapkan membuka potensi kolaborasi lainnya. Jika Pertamina mampu meraih mitra yang mengelola blok migas di luar negeri, maka ada potensi untuk Pertamina berkolaborasi dalam pengelolaan blok tersebut. Sehingga kerjasama ini nantinya tidak hanya satu sisi untuk Blok Rokan saja. Dengan kebutuhan teknologi dan pendanaan yang besar, Abra menilai Pertamina perlu mencari mitra yang juga memiliki rekam jejak yang baik dan memiliki jaringan relasi pendanaan global "Ini bisa jadi katalisator atau magnet bagi sumber pendanaan eksternal yang dibutuhkan di Blok Rokan," sambung Abra. Abra menambahkan, pencarian mitra ditengah situasi pandemi covid-19 dan iklim investasi migas yang ada saat ini memang bukan perkara mudah. Akan tetapi, jika mampu menggandeng mitra baru maka bakal berdampak positif. Dampak ini tidak hanya untuk Blok Rokan, namun bagi investasi migas nasional. "Jadi salah satu etalase investor internasional bahwa Di Rokan ini bisa memiliki best practice sehingga target bisa tercapai dan iklim investasi (yang baik) bisa diraih," kata Abra. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan kedepannya akan ada investor-investor baru yang tertarik menggarap area-area migas yang potensial. Sebelumnya, Direktur Utama PHR Jaffee A. Suardin mengungkapkan proses pemilihan mitra masuk ke ranah subholding hulu migas Pertamina. Untuk itu, dirinya belum bisa merinci lebih jauh proses pencarian mitra saat ini. Yang terang, Pertamina memiliki kriteria khusus bagi perusahaan yang bakal menjadi mitra kelak. "Kriteria yang generate tentunya, satu sisi mengenai development ke depan punya kompetensi dan kemampuan funding," ujar Jaffee dalam diskusi Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Kerja Rokan, Kamis (22/7). Jaffee mengungkapkan upaya development secara masif dan agresif memang ditargetkan Pertamina untuk dapat meningkatkan produksi Blok Rokan.
Selain itu, PHR berencana memonetisasi potensi low quality reservoir Telisa. Jaffee mengakui pelaksanaan Chemical Enchanced Oil Recovery (EOR) di sumur Telisa juga bakal membutuhkan dana tambahan. Untuk itu, sejumlah kriteria ini jadi syarat dalam pencarian mitra yang baru. Senada, Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman mengungkapkan proses pencarian mitra bersifat business to business sehingga pihaknya tidak bisa melakukan intervensi. Sejauh ini pun Pertamina baru menyampaikan kandidat-kandidat yang ada. "Itu urusan Pertamina, yang penting kalau mitra disodorkan (yang) mampu secara teknis dan finansial. Kita tinggal sampaikan ke Pak Menteri ESDM," kata Fatar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini