Patok Harga IPO Rp 780, Begini Valuasi Barito Renewables (BREN)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan Grup Barito, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) resmi memulai masa penawaran umum perdana saham atawa Initial Public Offering (IPO) pada Selasa (3/10). 

Perusahaan yang dikendalikan oleh konglomerat Prajogo Pangestu menawarkan sebanyak-banyaknya Rp 4,5 miliar saham dengan harga IPO senilai Rp 780 per saham. 

CEO Edvisor Profina Praska Putrantyo menjelaskan secara valuasi, memiliki valuasi yang relatif mahal. Nilai Price to Book Value (PBV) BREN berada di atas 10 kali. 


Dari sisi Price to Earning Ratio (PER), Praska menghitung harga valuasi BREN berada di kisaran 49 kali sampai dengan 57 kali. Dibanding peers, valuasi BREN jauh lebih tinggi. 

Baca Juga: BREN, KOCI, IOFT Mulai Masa IPO, Mana yang Menarik?

Namun Praska mengatakan saham berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti BREN masih menarik untuk dilirik karena sedang berada dalam momentum yang pas. 

"Hanya saja, momentum tersebut dapat dimanfaatkan investor untuk trading jangka pendek setelah IPO karena valuasinya relatif mahal," kata dia saat dihubungi Kontan, Senin (2/10). 

Equity Research Analyst Farras Farhan menilai valuasi saham BREN cukup moderat. Dengan asumsi EBITDA tahunan sebesar US$ 535 juta, maka valuasi BREN ada di 16,1 kali EV/EBITDA 2023. 

Menurut dia tentang valuasi BREN lebih tinggi 4% dari rata-rata pemain global dan regional. Di dalam negeri, valuasi itu juga lebih premium dibandingkan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Baca Juga: Barito Renewables Energy (BREN) Pasang Harga IPO di Rp 780 Per Saham

"Ini 4% lebih tinggi dari rata-rata global dan regional dan 14% lebih premium dibandingkan pesaing terdekatnya PGEO," ujar Farras dalam risetnya. 

Kendati begitu, secara operasional Barito Renewables Energy memiliki posisi yang kuat. BREN tercatat memiliki total kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 885 MegaWatt (MW). 

"Dengan kapasitas sebesar itu, BREN tidak hanya merupakan operator panas bumi terbesar di Indonesia, tapi juga salah satu pemain panas bumi terbesar di dunia," kata Farras. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati